1. Pendahuluan
Cerpen anak
merupakan salah satu jenis karya sastra yang berkembang di Indonesia.
Perkembangan cerpen anak
dapat dilihat di beberapa lembaga pendidikan, di majalah, di buku-buku
pelajaran, dan di blog yang
berkembang di dunia internet. Di lembaga pendidikan, khususnya sekolah, dan di
buku-buku pelajaran cerpen anak digunakan sebagai salah satu
media pembelajaran sastra supaya anak dapat melihat dan menikmati cerita.
Sedangkan di majalah dan di blog, cerpen anak
umumnya disedikan kolom sendiri sebagai wadah untuk para penulis, termasuk
anak-anak, untuk mengekspresikan perasaan dan gagasan melalui tulisan sastra.
Cerpen
anak merepresentasikan problematika kehidupan anak sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Permasalahan yang diangkat dalam cerpen anak seputar kehidupan
anak, misalnya kehidupan keluarga, sekolah, dan pertemanan. Permasalahan yang
diangkat tersebut disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental dan
intelektual anak sehingga berisi problematika yang cenderung lebih sederhana.
Selain isi, bahasa yang digunakan dalam cerpen anak juga cenderung bahasa
lugas. Penggunaan bahasa yang lugas tersebut juga disesuaikan dengan tahap
pemerolahan bahasa anak. Maka dari itu, isi dan bahasa dalam cerita anak
cenderung sederhana dan lugas karena disesuaikan dengan tingkat perkembangan
anak.
Percakapan
dalam sebuah cerpen mempunyai konteks sesuai dengan situasi yang terdapat dalam
cerpen tersebut. Percakapan seperti ini dapat dianalisis dengan pendekatan
pragmatik. Leech dan Short (melalui Nurgiyantoro, 1995: 314) menyatakan bahwa
untuk memahami sebuah percakapan yang memiliki konteks tertentu, kita tidak
hanya mengandalkan pengetahuan leksikal dan sintaksis saja, melainkan harus
pula disertai dengan interpretasi pragmatik. Dengan demikian, jelas bahwa cerpen
yang memiliki banyak percakapan dapat dianalisis tindak tuturnya. Kajian
pragmatik yang dimaksud dalam penelitian adalah kajian pragmatik linguistik
pada karya sastra. Penelitian ini akan membahas tindak tutur yang terdapat
dalam karya sastra dengan pendekatan pragmatik bukan makna karya sastranya.
Oleh
karena itu, penelitian ini akan menelaah tindak tutur yang terdapat dalam
cerpen Jangan Meremehkan Orang Karya
Nisrina Kamiliya dengan menggunakan pendekatan pragmatik. Penelitian ini
mengarah kepada upaya untuk menemukan tindak tutur lokusi, ilokusi, dan
perlokusi dengan cara mengamati percakapan tokoh yang terdapat dalam cerpen
ini, yang kemudian diteliti dengan menggunakan teori tindak tutur.
2. Pembahasan
Nurgiyantoro (1995: 313) menyatakan bahwa percakapan
yang hidup dan wajar, walau hal itu terdapat dalam sebuah cerpen adalah
percakapan sesuai konteks pemakaiannya, percakapan yang mirip dengan situasi
nyata penggunaan bahasa. Walau hal itu terdapat dalam sebuah cerpen, percakapan
ini bersifat pragmatik. Hal ini dapat berarti bahwa tindak tutur dapat berupa
tuturan lisan atau tulis analisa disertai konteks tuturannya. Searle (melalui Suyono,
1996: 17) secara pragmatik ada tiga jenis tindak bahasa atau tindak tutur yang
dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi, tindak ilokusi, dan
tindak perlokusi.
2.1 Tindak Tutur Lokusi
Tindak lokusi merupakan
tindak tutur yang berhubungan dengan suatu tindakan untuk mengatakan sesuatu.
Dengan kata lain, tindak lokusi merupakan tindak tutur yang mengaitkan suatu
topic dengan suatu keterangan dalam suatu pernyataan atau ungkapan. Oleh karena
itu, tindak lokusi berupa hubungan pokok dengan predikat atau hubungan topic
degan penjelasan.
Berdasarkan kategori
gramatikal bentuk tindak tutur lokusi dibedakan menjadi tiga, antara lain:
2.1.1
Bentuk
Pernyataan (Deklaratif)
Bentuk pernyataan
berfungsi hanya untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain sehingga
diharapkan pendengar untuk menaruh perhatian. Bentuk pernyataan terdapat pada
kutipan berikut.
“Bunda, aku tidak mau berpasangan dengan Selina saat
mengerjakan proyek nanti.”
Dalam kutipan berikut
Arshifa memberitahukan keluhannya kepada ibunya bahwa ia tidak ingin
berpasangan dengan Selina, dengan harapan ibu Arshifa memberi perhatian
kepadanya.
2.1.2
Bentuk Pertanyaan (Interogratif)
Bentuk pertanyaan
berfungsi untuk menanyakan sesuatu sehingga pendengar diharapan memberikan
jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh penutur. Bentuk pertanyaan terdapat
pada kutipan berikut.
“Selina, nanti sore kamu kerumahku ya untuk mengerjakan
proyek itu.”
Pada kutipan tersebut
Arshifa menanyakan kepada Selina apakah dia mau di ajak kerumahnya untuk
mengerjakan proyek, dengan harapan Selina memberikan jawaban atas pertanyaan
Arshifa.
2.1.3
Bentuk Perintah
(Imperatif)
Bentuk perintah
memiliki maksud agar pendengar memberi tanggapan berupa tindakan atau perbuatan
yang diminta. Bentuk perintah terdapat pada kutipan berikut.
“Silahkan masuk Selina.” Ucap Arshifa
mempersilahkan Selina saat melihat Selina sampai di depan rumah besarnya.
Pada kutipan berikut
Arshifa memberikan perintah kepada Selina berupa mempersilahkan masuk kedalam
rumahnya. Arshifa mempersilahkan masuk ketika Selina sudah sampai di depan
rumahnya.
2.2 Tindak Tutur Ilokusi
Tindak ilokusi
merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan suatu tindakan untuk melakukan
sesuatu pada waktu mengatakan sesuatu. Biasanya tindak ilokusi tidak hanya
digunakan untuk menginformasikan pikiran perasaan, tetapi juga menyarankan
pesan tambahan untuk melakukan sesuatu perbuatan sesuai dengan situasi
komunikasi.
Searle (dalam Leech,
1993: 163-165) juga mengelompokkan tindak ilokusi menjadi lima jenis, antara
lain Asertif (Assertives), Direktif (directives), Ekspresif (expressives),
Komisif (commissives), dan
Deklarasi (declaration). Namun dalam Jangan
Meremehkan Orang Karya Nisrina Kamiliya hanya terdapat
empat tindak ilokusi, yaitu Asertif
(Assertives), Direktif (directives), Ekspresif (expressives), dan Komisif
(commissives).
2.2.1 Asertif (Assertives)
Bentuk tutur yang
mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya
menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, dan mengklaim. Bentuk asertif
terdapat pada kutipan berikut.
“Arshifa sayang, kamu tidak boleh
menganggap remeh Selina. Ya… Meskipun dia tidak sekaya kita.”
Pada kutipan tersebut
terdapat proposisi yang diungkapkan adalah menyarankan. Proposisi menyarankan
terdapat pada jawaban ibu Arshifa yang menyaranan untuk tidak boleh menganggap
remeh Selina, karena itu merupakan perbuatan yang tidak baik.
2.2.2 Direktif (directives)
Bentuk tuturan yang
dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar si mitra tutur melakukan
tindakan. Misalnya, memesan, memerintah, memohon, menasehati, dan merekomendasi.
Bentuk direktif terdapat pada kutipan berikut.
“Tidurlah di rumahku, besok baru kamu pulang, bukankah
besok hari Minggu?”
Pada kutipan berikut
terdapat bentuk direktif yaitu memerintah. Terdapat pada pada perintah Arshifa
yang menyuruh Selina untuk tidur dirumahnya. Hal tersebut dikarenakan hari
sudah mulai gelap, jadi Arshifa memerintah Selina untuk tidur dirumahnya.
2.2.3 Ekspresif (expressives)
Bentuk tuturan yang
berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap
suatu keadaan. Misalnya, berterimakasih,
memberi selamat, meminta maaf, menyalahkan, memuji, dan berbelasungkawa. Bentuk
ekspresif terdapat pada kutipan berikut.
“Yang menjadi masalah adalah, dalam
mengerjakan proyek sekolah sebelumnya, aku dipasangkan dengan Selina dan proyek
itu gagal total!”
Pada kutipan berikut
terdapat bentuk ekspresif, yaitu pada tuturan Arshifa yang menyalahkan Selina
karena yang terjadi sebelumnya jika Arshifa mengerjakan proyek sekolahnya
dengan Selina selalu gagal total. Jadi sikap psikologis yang terjadi pada
Arshifa yaitu kesan yang kurang baik kepada Selina.
2.2.4 Komisif (commissives)
Bentuk tutur yang
berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran. Misalnya, berjanji, bersumpah,
dan menawarkan sesuatu. Bentuk komisif terdapat pada kutipan berikut.
“Arshifa, aku membawa alat tulisku ini.
Kalau memakai ini, semua yang kamu tulis akan bagus,”
Pada kutipan tersebut
terdapat bentuk komisif. Tuturan tersebut dinyatakan bentuk komisif dikarenakan
menyatakan suatu janji. Janji yang terdapat dalam cerpen tersebut yaitu ketika
Selina meminjamkan alat tulis kepada Arshifa. Ia mengatakan jika Arshifa
memakai alat tulis ini tulisannya akan berubah menjadi bagus.
2.3 Tindak Tutur Perlokusi
Tindak perlokusi
merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan tindakan untuk mempengaruhi
seseorang. Biasanya tindak tutur perlokusi dapat memberikan akibat atau efek
psikologis kepada lawan bicara sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan
saat berkomunikasi.
Searle (dalam Leech,
1993: 163-165) juga mengelompokkan tindak perlokusi menjadi tiga jenis, yaitu Perlokusi
Verbal, Perlokusi Nonverbal, Perlokusi Verbal Nonverbal. Namun macam perlokusi
yang terdapat dalam Jangan
Meremehkan Orang Karya Nisrina Kamiliya hanya terdapat
dua, yaitu Perlokusi Verbal dan Perlokusi
Nonverbal.
2.3.1 Perlokusi Verbal
Jika lawan tutur
menanggapi penutur dengan menerima atau menolak maksud penutur. Misalnya,
menyangkal, melarang, tidak mengizinkan, dan meminta maaf. Bentuk perlokusi
verbal terdapat pada kutipan berikut.
“Selina, nanti sore kamu ke rumahku ya
untuk mengerjakan proyek itu,” ajak Arshifa. “Baiklah.” jawab Selina.
Pada kutipan berikut
merupakan perlokusi verbal. Perlokusi verbal yang terdapat dalam cerpen
tersebut ketika Arshifa mengajak Selina datang ke rumahnya untuk mengerjakan
proyek sekolah, lalu Selina sebagai lawan tutur menerima ajakan Arshifa yang
sebagai petutur.
2.3.2 Perlokusi Nonverbal
Jika lawan tutur
menanggapi penutur dengan gerakan seperti mengangguk, menggeleng, tertawa,
senyuman dan bunyi decakan mulut. Perlokusi nonverbal terdapat pada kutipan
berikut.
“Mungkin saja proyek kali ini berhasil.”
jawaban Bunda membuat Arshifa mendengus kesal
Pada kutipan berikut
terdapat perlokusi nonverbal. Perlokusi nonverbal yang terjadi pada kutipan
berikut ketika sang ibu hendak menjawab penjelasan dari Arshifa. Lalu reaksi
Arshifa hanya diam dan mendengus kesal. Perbuatan tersebut yang merupakan
tindakan perlokusi nonverbal.
3
Simpulan
Tindak tutur yang terdapat yang terdapat
dalam peneltian cerpen anak Jangan
Meremehkan Orang Karya Nisrina Kamiliya yaitu tidak tutur lokusi, ilokusi,
dan perlokusi. Tindak tutur lokusi yang terdapat dalam cerpen tersebut adalah bentuk pernyataan (Deklaratif), Bentuk Pertanyaan
(Interogratif), dan Bentuk Perintah (Imperatif). Tindak tutur ilokusi yang
terdapat dalam cerpen Jangan
Meremehkan Orang Karya Nisrina Kamiliya terdapat empat
macam, yaitu Asertif (Assertives), Direktif
(directives), Ekspresif (expressives), dan Komisif (commissives). Tindak tutur perlokusi yang terdapat
dalam cerpen Jangan
Meremehkan Orang Karya Nisrina Kamiliya ada dua macam,
yaitu Perlokusi Verbal dan Perlokusi
Nonverbal.
DAFTAR
RUJUKAN
Leech, G.N. 1993. Prinsip-prinsp Pragmatik (M.D. D Oka: terjemahan) Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Nurgiyantoro,
Burhan. 2010. Sastra Anak: Pengantar
Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: UGM Press.
Suyono. 1996. Pragmatik:
Dasar-dasar dan Pengajaran. Yayasan Asih Asah Asuh Malang (YA 3 Malang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar