Iklan

Rabu, 15 Februari 2017

TINDAK TUTUR TOKOH DALAM CERPEN JANGAN MEREMEHKAN ORANG KARYA NISRINA KAMILIYA



1.   Pendahuluan
Cerpen anak merupakan salah satu jenis karya sastra yang berkembang di Indonesia. Perkembangan cerpen anak dapat dilihat di beberapa lembaga pendidikan, di majalah, di buku-buku pelajaran, dan di blog yang berkembang di dunia internet. Di lembaga pendidikan, khususnya sekolah, dan di buku-buku pelajaran cerpen anak digunakan sebagai salah satu media pembelajaran sastra supaya anak dapat melihat dan menikmati cerita. Sedangkan di majalah dan di blog, cerpen anak umumnya disedikan kolom sendiri sebagai wadah untuk para penulis, termasuk anak-anak, untuk mengekspresikan perasaan dan gagasan melalui tulisan sastra.
Cerpen anak merepresentasikan problematika kehidupan anak sesuai dengan tingkat perkembangannya. Permasalahan yang diangkat dalam cerpen anak seputar kehidupan anak, misalnya kehidupan keluarga, sekolah, dan pertemanan. Permasalahan yang diangkat tersebut disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental dan intelektual anak sehingga berisi problematika yang cenderung lebih sederhana. Selain isi, bahasa yang digunakan dalam cerpen anak juga cenderung bahasa lugas. Penggunaan bahasa yang lugas tersebut juga disesuaikan dengan tahap pemerolahan bahasa anak. Maka dari itu, isi dan bahasa dalam cerita anak cenderung sederhana dan lugas karena disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.
Percakapan dalam sebuah cerpen mempunyai konteks sesuai dengan situasi yang terdapat dalam cerpen tersebut. Percakapan seperti ini dapat dianalisis dengan pendekatan pragmatik. Leech dan Short (melalui Nurgiyantoro, 1995: 314) menyatakan bahwa untuk memahami sebuah percakapan yang memiliki konteks tertentu, kita tidak hanya mengandalkan pengetahuan leksikal dan sintaksis saja, melainkan harus pula disertai dengan interpretasi pragmatik. Dengan demikian, jelas bahwa cerpen yang memiliki banyak percakapan dapat dianalisis tindak tuturnya. Kajian pragmatik yang dimaksud dalam penelitian adalah kajian pragmatik linguistik pada karya sastra. Penelitian ini akan membahas tindak tutur yang terdapat dalam karya sastra dengan pendekatan pragmatik bukan makna karya sastranya.
Oleh karena itu, penelitian ini akan menelaah tindak tutur yang terdapat dalam cerpen Jangan Meremehkan Orang Karya Nisrina Kamiliya dengan menggunakan pendekatan pragmatik. Penelitian ini mengarah kepada upaya untuk menemukan tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi dengan cara mengamati percakapan tokoh yang terdapat dalam cerpen ini, yang kemudian diteliti dengan menggunakan teori tindak tutur.

2.      Pembahasan
Nurgiyantoro (1995: 313) menyatakan bahwa percakapan yang hidup dan wajar, walau hal itu terdapat dalam sebuah cerpen adalah percakapan sesuai konteks pemakaiannya, percakapan yang mirip dengan situasi nyata penggunaan bahasa. Walau hal itu terdapat dalam sebuah cerpen, percakapan ini bersifat pragmatik. Hal ini dapat berarti bahwa tindak tutur dapat berupa tuturan lisan atau tulis analisa disertai konteks tuturannya. Searle (melalui Suyono, 1996: 17) secara pragmatik ada tiga jenis tindak bahasa atau tindak tutur yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi.
2.1  Tindak Tutur Lokusi
Tindak lokusi merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan suatu tindakan untuk mengatakan sesuatu. Dengan kata lain, tindak lokusi merupakan tindak tutur yang mengaitkan suatu topic dengan suatu keterangan dalam suatu pernyataan atau ungkapan. Oleh karena itu, tindak lokusi berupa hubungan pokok dengan predikat atau hubungan topic degan penjelasan.
Berdasarkan kategori gramatikal bentuk tindak tutur lokusi dibedakan menjadi tiga, antara lain:
2.1.1        Bentuk Pernyataan (Deklaratif)
Bentuk pernyataan berfungsi hanya untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain sehingga diharapkan pendengar untuk menaruh perhatian. Bentuk pernyataan terdapat pada kutipan berikut.
            “Bunda, aku tidak mau berpasangan dengan Selina saat mengerjakan proyek nanti.”
Dalam kutipan berikut Arshifa memberitahukan keluhannya kepada ibunya bahwa ia tidak ingin berpasangan dengan Selina, dengan harapan ibu Arshifa memberi perhatian kepadanya.
2.1.2    Bentuk Pertanyaan (Interogratif)
Bentuk pertanyaan berfungsi untuk menanyakan sesuatu sehingga pendengar diharapan memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh penutur. Bentuk pertanyaan terdapat pada kutipan berikut.
            “Selina, nanti sore kamu kerumahku ya untuk mengerjakan proyek itu.”
Pada kutipan tersebut Arshifa menanyakan kepada Selina apakah dia mau di ajak kerumahnya untuk mengerjakan proyek, dengan harapan Selina memberikan jawaban atas pertanyaan Arshifa.
2.1.3        Bentuk Perintah (Imperatif)
Bentuk perintah memiliki maksud agar pendengar memberi tanggapan berupa tindakan atau perbuatan yang diminta. Bentuk perintah terdapat pada kutipan berikut.
“Silahkan masuk Selina.” Ucap Arshifa mempersilahkan Selina saat melihat Selina sampai di depan rumah besarnya.
Pada kutipan berikut Arshifa memberikan perintah kepada Selina berupa mempersilahkan masuk kedalam rumahnya. Arshifa mempersilahkan masuk ketika Selina sudah sampai di depan rumahnya.
2.2      Tindak Tutur Ilokusi
Tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan suatu tindakan untuk melakukan sesuatu pada waktu mengatakan sesuatu. Biasanya tindak ilokusi tidak hanya digunakan untuk menginformasikan pikiran perasaan, tetapi juga menyarankan pesan tambahan untuk melakukan sesuatu perbuatan sesuai dengan situasi komunikasi.
Searle (dalam Leech, 1993: 163-165) juga mengelompokkan tindak ilokusi menjadi lima jenis, antara lain Asertif (Assertives), Direktif (directives), Ekspresif (expressives), Komisif (commissives), dan Deklarasi (declaration). Namun dalam Jangan Meremehkan Orang Karya Nisrina Kamiliya hanya terdapat empat tindak ilokusi, yaitu Asertif (Assertives), Direktif (directives), Ekspresif (expressives), dan Komisif (commissives).     
2.2.1 Asertif (Assertives)
Bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, dan mengklaim. Bentuk asertif terdapat pada kutipan berikut.
“Arshifa sayang, kamu tidak boleh menganggap remeh Selina. Ya… Meskipun dia tidak sekaya kita.”
Pada kutipan tersebut terdapat proposisi yang diungkapkan adalah menyarankan. Proposisi menyarankan terdapat pada jawaban ibu Arshifa yang menyaranan untuk tidak boleh menganggap remeh Selina, karena itu merupakan perbuatan yang tidak baik.
2.2.2 Direktif (directives)
Bentuk tuturan yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar si mitra tutur melakukan tindakan. Misalnya, memesan, memerintah, memohon, menasehati, dan merekomendasi. Bentuk direktif terdapat pada kutipan berikut.
            “Tidurlah di rumahku, besok baru kamu pulang, bukankah besok hari Minggu?”
Pada kutipan berikut terdapat bentuk direktif yaitu memerintah. Terdapat pada pada perintah Arshifa yang menyuruh Selina untuk tidur dirumahnya. Hal tersebut dikarenakan hari sudah mulai gelap, jadi Arshifa memerintah Selina untuk tidur dirumahnya.
2.2.3 Ekspresif (expressives)
Bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan.  Misalnya, berterimakasih, memberi selamat, meminta maaf, menyalahkan, memuji, dan berbelasungkawa. Bentuk ekspresif terdapat pada kutipan berikut.
“Yang menjadi masalah adalah, dalam mengerjakan proyek sekolah sebelumnya, aku dipasangkan dengan Selina dan proyek itu gagal total!”
Pada kutipan berikut terdapat bentuk ekspresif, yaitu pada tuturan Arshifa yang menyalahkan Selina karena yang terjadi sebelumnya jika Arshifa mengerjakan proyek sekolahnya dengan Selina selalu gagal total. Jadi sikap psikologis yang terjadi pada Arshifa yaitu kesan yang kurang baik kepada Selina.
2.2.4 Komisif (commissives)
Bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran. Misalnya, berjanji, bersumpah, dan menawarkan sesuatu. Bentuk komisif terdapat pada kutipan berikut.
“Arshifa, aku membawa alat tulisku ini. Kalau memakai ini, semua yang kamu tulis akan bagus,”
Pada kutipan tersebut terdapat bentuk komisif. Tuturan tersebut dinyatakan bentuk komisif dikarenakan menyatakan suatu janji. Janji yang terdapat dalam cerpen tersebut yaitu ketika Selina meminjamkan alat tulis kepada Arshifa. Ia mengatakan jika Arshifa memakai alat tulis ini tulisannya akan berubah menjadi bagus.
2.3      Tindak Tutur Perlokusi
Tindak perlokusi merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan tindakan untuk mempengaruhi seseorang. Biasanya tindak tutur perlokusi dapat memberikan akibat atau efek psikologis kepada lawan bicara sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan saat berkomunikasi.
Searle (dalam Leech, 1993: 163-165) juga mengelompokkan tindak perlokusi menjadi tiga jenis, yaitu Perlokusi Verbal, Perlokusi Nonverbal, Perlokusi Verbal Nonverbal. Namun macam perlokusi yang terdapat dalam Jangan Meremehkan Orang Karya Nisrina Kamiliya hanya terdapat dua, yaitu Perlokusi Verbal dan Perlokusi Nonverbal.   
2.3.1 Perlokusi Verbal
Jika lawan tutur menanggapi penutur dengan menerima atau menolak maksud penutur. Misalnya, menyangkal, melarang, tidak mengizinkan, dan meminta maaf. Bentuk perlokusi verbal terdapat pada kutipan berikut.
“Selina, nanti sore kamu ke rumahku ya untuk mengerjakan proyek itu,” ajak Arshifa. “Baiklah.” jawab Selina. 
Pada kutipan berikut merupakan perlokusi verbal. Perlokusi verbal yang terdapat dalam cerpen tersebut ketika Arshifa mengajak Selina datang ke rumahnya untuk mengerjakan proyek sekolah, lalu Selina sebagai lawan tutur menerima ajakan Arshifa yang sebagai petutur.
2.3.2 Perlokusi Nonverbal
Jika lawan tutur menanggapi penutur dengan gerakan seperti mengangguk, menggeleng, tertawa, senyuman dan bunyi decakan mulut. Perlokusi nonverbal terdapat pada kutipan berikut.
“Mungkin saja proyek kali ini berhasil.” jawaban Bunda membuat Arshifa mendengus kesal
Pada kutipan berikut terdapat perlokusi nonverbal. Perlokusi nonverbal yang terjadi pada kutipan berikut ketika sang ibu hendak menjawab penjelasan dari Arshifa. Lalu reaksi Arshifa hanya diam dan mendengus kesal. Perbuatan tersebut yang merupakan tindakan perlokusi nonverbal.
3            Simpulan
Tindak tutur yang terdapat yang terdapat dalam peneltian cerpen anak Jangan Meremehkan Orang Karya Nisrina Kamiliya yaitu tidak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Tindak tutur lokusi yang terdapat dalam cerpen tersebut adalah bentuk pernyataan (Deklaratif), Bentuk Pertanyaan (Interogratif), dan Bentuk Perintah (Imperatif). Tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam cerpen Jangan Meremehkan Orang Karya Nisrina Kamiliya terdapat empat macam, yaitu Asertif (Assertives), Direktif (directives), Ekspresif (expressives), dan Komisif (commissives). Tindak tutur perlokusi yang terdapat dalam cerpen Jangan Meremehkan Orang Karya Nisrina Kamiliya ada dua macam, yaitu Perlokusi Verbal dan Perlokusi Nonverbal.

DAFTAR RUJUKAN
Leech, G.N.  1993.  Prinsip-prinsp Pragmatik  (M.D. D Oka: terjemahan) Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: UGM Press.
Suyono. 1996. Pragmatik: Dasar-dasar dan Pengajaran. Yayasan Asih Asah Asuh Malang (YA 3 Malang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar