MINAK SOPAL
Dimulailah perjalanan Minak Sopal
yang telah menjadi muslim berfikir bagaimana caranya agar rakyat Trenggalek
bersedia memeluk agama Rosul. Disini Minak Sopal harus menarik hati rakyat Trenggalek.
Untuk itu, rakyat Trenggalek yang pada waktu itu sebagai petani yang daerahnya
sangat keku-rangan air, perlu didirikan tanggul air agar pengairan bisa memberi
kemakmuran di daerahnya. Inilah salah satu alat yang dapat dijadikan pegangan
agar rakyat Trenggalek mau beragama Islam. Minak Sopal berusaha membuat tanggul
atau bendungan di Sungai Bagong. Berulang kali bendungan itu dibuat tetapi selalu
gagal. Untuk itu Minak Sopal meminta petunjuk kepada Bupati Trenggalek dan memberitahu
bahwa bendungan bisa terwujud bila ditumbali kepala gajah putih.
Bupati : Selamat
datang Menak Sopal.... sugeng rawuh di bumi
Trenggalek, anda
datang tepat waktu.
Minak Sopal :
Trimakasih Gusti Kanjeng Bupati, saya siap membantu masyarakat dalam pembuatan tanggul
air, supaya masyarakat Trenggalek tidak kekurangan air dan tidak menderita lagi.
Bupati : Wahai Menak Sopal dan wargaku masyarakat
Trenggalek yang kucintai, ternyata kita harus mendapatkan kepala gajah
putih supaya masalah dalam gangguan pembuatan tanggul air tersebut dapat
teratasi. Bagaimana dengan kamu minak sopal, apakah kamu sanggup?
Minak sopal :
Hamba sanggup Gusti Kanjeng, lalu dimana hamba bisa menemukan Gajah Putih
tersebut?
Bupati :
Yang memiliki Gajah Putih adalah Mbok Rondo
Kerandon di sekitar wilayah Karangan di Desa Tugu di perbatasan antara Trenggalek
– Ponorogo. Bagaimana Menak
Sopal jelas atau tidak keterangan ini.
Minak Sopal : Jelas sekali Gusti Kanjeng
Bupati ,namun apa boleh Gajah Putih tersebut dipinjam untuk dijadikan sesaji/ tumbal.
Bupati :
Jelas tidak boleh, ini semua saya serahkan
sepenuhnya kepadamu bagaimanapun caranya supaya Gajah Putih bisa digunakan
untuk tumbal dalam pembuatan DAM
Minak Sopal :
Jikalau memang demikian hamba mohon doa restu
Gusti Kanjeng Bupati, agar hamba bisa membawa Gajah Putih tersebut untuk
dijadikan tumbal dalam pembuatan DAM nanti
Bupati :
Saya merestuimu Menak Sopal, dan dengan petunjuk ilham dari Tuhan YME kamu dan
masyaakat Trenggalek pasti bisa membuat DAM
Minak Sopal :
Sembah sujud Gusti Kanjeng Bupati……
Bupati :
Semoga Tuhan YME selalu bersama kita semua dan pembangunan DAM segera terwujud
agar masyarakat Trenggalek bisa hidup sejahtera .... Amiin.
Setelah pertemuan itu
Bupati kembali ke Pendopo, sedang Minak Sopal bersama beberapa warga Trenggalek
mengadakan musyawarah bagaimana caranya agar Gajah Putih bisa dipinjam. Menak
Sopal menemukan cara dengan alasan meminjam untuk suatu kegiatan/ kirap Gajah
di Pendopo Trenggalek. Beberapa warga menyetujuinya dan berangkatlah saat itu
juga Menak Sopal ke rumah Mbok Rondo Kerandon.
Minak Sopal :
Selamat pagi...... Mbok Rondo Kerandon, perkenalkan saya Minak Sopal utusan
dari Pendopo Trenggalek atas Nama Gusti Kanjeng Bupati akan pinjam Gajah Putih
untuk dipergunakan acara kirap beberapa hari di alon- alon Trenggalek.
Mbok Rondo :
Selamat datang di gubug kami Gusti Minak Sopal, kalau boleh tahu hamba ingin
bertanya ada acara apa kok kirap gajah segala dan berapa lamanya pinjam Gajah
Putih hamba?
Minak Sopal :
Oh itu, Kirap Gajah Putih dalam rangka tasyakuran pembuatan DAM atau Sudatan
Air untuk mengairi sawah-sawah dan lamanya pinjam selama 7 hari
Mbok Rondo :
Oh kalau demikian boleh-boleh saja, asal jangan sampai lebih dari 7 hari, sebab
Gajah Putih tersebut akan kami gunakan untuk acara ruwatan di daerah sini...
Minak Sopal :
Hamba mengerti Mbok Rondo, untuk itu hamba mengucapkan banyak- banyak terima
kasih atas bantuannya meminjamkan gajah putihnya.
Mbok Rondo :
Hamba juga mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada Gusti Kanjeng Bupati
yang telah memberikan kepercayaan kepada hamba karena Gajah Putihku akan
dikirap di alon-alon Trenggalek
Minak Sopal :
Untuk mempersingkat waktu Gajah Putih ini akan segera hamba bawa ke Pendopo
Trenggalek, untuk itu mohon diikhlaskan biar acara ini lancer
Mbok Rondo : Oh iya hamba ikhlas meminjamkan
Gajah Putih ini beserta perlengkapannya tolong dibawa sekalian
Minak Sopal : Iya terimakasih Mbok Rondo
akan hamba haturkan ke Yang Mulia Gusti Kanjeng Bupati
Setelah Gajah Putih di tangan Menak Sopal, segera mohon pamit kepada
Mbok Rondo Kerandon untuk pulang ke
Pendopo. Namun kenyataannya Gajah Putih tidak di bawa ke Pendopo
tapi langsung di bawa ke lokasi lalu disembelih dan kepalanya dimasukkan ke
dalam DAM. Setelah ritual penyembelihan gajah putih, DAM tersebut bisa mengairi
air ke sawah-sawah para penduduk yang akhirnya diberi nama DAM BAGONG (nama
gajah putih). Masyarakat Trenggalek sangat bergembira sekali karena bisa hidup
sejahtera dan tidak kekurangan air. Namun masalah
timbul setelah 7 hari berlalu. Mbok Rondo Kerandon mengirimkan 2 orang
utusannya untuk minta kembali si Gajah Putih kepunyaannya.
Utusan Mbok Rondo : Wahai Gusti Menak Sopal kedatangan kami
berdua kemari atas perintah Mbok Rondo Kerandon untukmengambil kembali Gajah
Putih yang Gusti pinjam selama 7 hari yang lalu, karena gajah tersebut akan
digunakan untuk acara kirab pusaka di Kawedanan oleh Mbok Rondo ..!
Minak Sopal :
Dengan sangat menyesal saya tidak bisa
mengembalikan Gajah Putih tersebut, karena Gajah Putih sudah saya sembelih dan
kepalanya sudah saya gunakan sebagai tumbal di DAM. Atas seizin Gusti Kanjeng
Bupati saya mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Mendengar
laporan tadi marahlah 2 orang utusan Mbok Rondo dan terjadilah perkelahian
antara Menak Sopal dengan 2 orang utusan tadi, akhimya kemenangan ada di Menak-
Sopal (sebab Menak Sopal adalah seorang Empu dan juga Senopati dari Majapahit).
Betapa marahnya Mbok Rondo mendengar Gajah Putih kesayangannya disembelih oleh Menak Sopal.
Datanglah Mbok Rondo Kerandon dengan seluruh bala tentaranya untuk minta
pertanggungjawaban dan keadilan kepada Bupati
Mbok Rondo :
Kanjeng Bupati yang Mulia, kedatangan hamba kemari hanya minta keadilan dan
pertanggungjawaban Gusti Menak Sopal, karena Gaiah Putih kami disembelih olehnya
dan dijadikan tumbal.
Bupati : Tenang dulu Mbok
Rondo, saya akan membantumu. Saya juga mohon maaf atas kekhilafan Menak Sopal,
untuk itu saya sarankan kepada Mbok Rondo untuk pulang dan mencegat Menak Sopal
di perbatasan Tugu dan Ponorogo sebab rencananya Menak Sopal akan pulang ke
Mataram.
Mbok
Rondo : Oh begitu kalau
ini memang perintah Kanjeng Bupati hamba akan rnelaksanakannya dan akan
menunggu Minak Sopal di perbatasan dengan bala tentara hamba
Bupati : Terimakasih Mbok Rondo atas pengertiannya
Mbok
Rondo : Terimakasih
kembali Kanjeng Bupati, hamba mohon pamit
Sepeninggal Mbok Rondo Kerandon dari
Pendopo Trenggalek, Bupati bisa bernapas lega.
Padahal hal tersebut hanyalah siasat
Bupati agar Menak Sopal bisa selamat.
Bupati :
Wahai Minak Sopal kemarilah ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan kepadamu.
Minak Sopal :
Ada apa baginda, sepertinya ada sesuatu yang penting buat hamba.
Bupati :
Betul sekali Menak Sopal, ada hal yang sangat penting dan segera engkau
laksanakan.. Saat ini kamu harus meninggalkan Kadipaten Trenggalek, sebab
situasi saat ini sangat gawat sekali karena Mbok Rondo Kerandon sudah
menunggumu di perbatasan Tugu – Ponorogo.
Minak Sopal :
Lalu hamba harus lewat mana Gusti Kanjeng Bupati?
Bupati :
Kamu harus lewat jalan bawah tanah yang sudah dibuatkan oleh Ki Bajul Kowor
atas perintah saya dan lubang pintunya mulai dari tengah- tengah DAM BAGONG di
bawah Batu Gajah, jalan itu nanti tembusannya di Ponorogo lewat Sumur Gemuling
yang di atasnya ditunggui oleh Mbok Rondo Kerandon.
Minak Sopal :
Terimakasih Gusti Kanjeng Bupati yang telah selamatkan hamba dari kejaran Mbok
Rondo Kerandon, hamba mohon maaf seandainya ada kata-kata dan perilaku hamba
selama di kadipaten ini kurang berkenan, sekali lagi hamba mohon maaf dan
sekalian hamba mohon pamit semoga dalam perjalanan hamba ke Mataram segera
sampai dengan selamat.
Bupati :
Terimakasih kembali Menak Sopal kami atas nama rakyat Trenggalek tidak akan
melupakan jasa-jasamu dalam pembuatan DAM BAGONG yang sangat berguna bagi masyarakat
Trenggalek, dan mengucapkan banyak-banyak terimakasih atas pengabdianmu selama
ini tanpa pamrih ikut memaiukan rakyat Trenggalek.
Minak Sopal :
Saya mohon pamit dulu Gusti Kanjeng Bupati...
Bupati :
Hati-hati diperjalanan Menak Sopal, salam saya ke Gusti Mataram.
Selang beberapa lama setelah Menak
Sopal meninggalkan Kadipaten Trenggalek menuju ke Mataram, Mbok Rondo Kerandon
wafat karena badannya bubuken (menjadi bubuk, karena terlalu lama menunggu
Menak Sopal).
Trenggalek sedikit demi sedikit
menjadi maju, aman dan sejahtera sampai sekarang berkat pertolongan dari EMPU
MENAK SOPAL Senopati dari Kerajaan Majapahit. itu patut kita banggakan bahwa
MENAK SOPAL adalah Tokoh Sejarah Babat Kota Trenggalek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar