Iklan

Selasa, 07 Februari 2017

Naskah Drama Tradisional




MINAK SOPAL
Dimulailah perjalanan Minak Sopal yang telah menjadi muslim berfikir bagaimana caranya agar rakyat Trenggalek bersedia memeluk agama Rosul. Disini Minak Sopal harus menarik hati rakyat Trenggalek. Untuk itu, rakyat Trenggalek yang pada waktu itu sebagai petani yang daerahnya sangat keku-rangan air, perlu didirikan tanggul air agar pengairan bisa memberi kemakmuran di daerahnya. Inilah salah satu alat yang dapat dijadikan pegangan agar rakyat Trenggalek mau beragama Islam. Minak Sopal berusaha membuat tanggul atau bendungan di Sungai Bagong. Berulang kali bendungan itu dibuat tetapi selalu gagal. Untuk itu Minak Sopal meminta petunjuk kepada Bupati Trenggalek dan memberitahu bahwa bendungan bisa terwujud bila ditumbali kepala gajah putih.
Bupati                         :  Selamat datang Menak Sopal.... sugeng rawuh di bumi
Trenggalek, anda datang tepat waktu.
Minak Sopal                : Trimakasih Gusti Kanjeng Bupati, saya siap membantu masyarakat dalam pembuatan tanggul air, supaya masyarakat Trenggalek tidak kekurangan air dan tidak menderita lagi.
Bupati                         :  Wahai Menak Sopal dan wargaku masyarakat Trenggalek yang kucintai, ternyata kita harus mendapatkan kepala gajah putih supaya masalah dalam gangguan pembuatan tanggul air tersebut dapat teratasi. Bagaimana dengan kamu minak sopal, apakah kamu sanggup? 
Minak sopal                 : Hamba sanggup Gusti Kanjeng, lalu dimana hamba bisa menemukan Gajah Putih tersebut?
Bupati                         : Yang memiliki Gajah Putih adalah Mbok Rondo Kerandon di sekitar wilayah Karangan di Desa Tugu di perbatasan antara Trenggalek – Ponorogo. Bagaimana Menak Sopal jelas atau tidak keterangan ini.
Minak Sopal                : Jelas sekali Gusti Kanjeng Bupati ,namun apa boleh Gajah Putih tersebut dipinjam untuk dijadikan sesaji/ tumbal.
Bupati                         : Jelas tidak boleh, ini semua saya serahkan sepenuhnya kepadamu bagaimanapun caranya supaya Gajah Putih bisa digunakan untuk tumbal dalam pembuatan DAM
Minak Sopal                : Jikalau memang demikian hamba mohon doa restu  Gusti Kanjeng Bupati, agar hamba bisa membawa Gajah Putih tersebut untuk dijadikan tumbal dalam pembuatan DAM nanti
Bupati                         : Saya merestuimu Menak Sopal, dan dengan petunjuk ilham dari Tuhan YME kamu dan masyaakat Trenggalek pasti bisa membuat DAM
Minak Sopal                : Sembah sujud Gusti Kanjeng Bupati……
Bupati                         : Semoga Tuhan YME selalu bersama kita semua dan pembangunan DAM segera terwujud agar masyarakat Trenggalek bisa hidup sejahtera .... Amiin.
Setelah pertemuan itu Bupati kembali ke Pendopo, sedang Minak Sopal bersama beberapa warga Trenggalek mengadakan musyawarah bagaimana caranya agar Gajah Putih bisa dipinjam. Menak Sopal menemukan cara dengan alasan meminjam untuk suatu kegiatan/ kirap Gajah di Pendopo Trenggalek. Beberapa warga menyetujuinya dan berangkatlah saat itu juga Menak Sopal ke rumah Mbok Rondo Kerandon.
Minak Sopal                : Selamat pagi...... Mbok Rondo Kerandon, perkenalkan saya Minak Sopal utusan dari Pendopo Trenggalek atas Nama Gusti Kanjeng Bupati akan pinjam Gajah Putih untuk dipergunakan acara kirap beberapa hari di alon- alon Trenggalek.
Mbok Rondo               : Selamat datang di gubug kami Gusti Minak Sopal, kalau boleh tahu hamba ingin bertanya ada acara apa kok kirap gajah segala dan berapa lamanya pinjam Gajah Putih hamba?
Minak Sopal                : Oh itu, Kirap Gajah Putih dalam rangka tasyakuran pembuatan DAM atau Sudatan Air untuk mengairi sawah-sawah dan lamanya pinjam selama 7 hari
Mbok Rondo               : Oh kalau demikian boleh-boleh saja, asal jangan sampai lebih dari 7 hari, sebab Gajah Putih tersebut akan kami gunakan untuk acara ruwatan di daerah sini...
Minak Sopal                : Hamba mengerti Mbok Rondo, untuk itu hamba mengucapkan banyak- banyak terima kasih atas bantuannya meminjamkan gajah putihnya.
Mbok Rondo               : Hamba juga mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada Gusti Kanjeng Bupati yang telah memberikan kepercayaan kepada hamba karena Gajah Putihku akan dikirap di alon-alon Trenggalek
Minak Sopal                : Untuk mempersingkat waktu Gajah Putih ini akan segera hamba bawa ke Pendopo Trenggalek, untuk itu mohon diikhlaskan biar acara ini lancer
Mbok Rondo               : Oh iya hamba ikhlas meminjamkan Gajah Putih ini beserta perlengkapannya tolong dibawa sekalian
Minak Sopal                : Iya terimakasih Mbok Rondo akan hamba haturkan ke Yang Mulia Gusti Kanjeng Bupati

            Setelah Gajah Putih di tangan Menak Sopal, segera mohon pamit kepada Mbok Rondo Kerandon untuk pulang ke Pendopo. Namun kenyataannya Gajah Putih tidak di bawa ke Pendopo tapi langsung di bawa ke lokasi lalu disembelih dan kepalanya dimasukkan ke dalam DAM. Setelah ritual penyembelihan gajah putih, DAM tersebut bisa mengairi air ke sawah-sawah para penduduk yang akhirnya diberi nama DAM BAGONG (nama gajah putih). Masyarakat Trenggalek sangat bergembira sekali karena bisa hidup sejahtera dan tidak kekurangan air. Namun masalah timbul setelah 7 hari berlalu. Mbok Rondo Kerandon mengirimkan 2 orang utusannya untuk minta kembali si Gajah Putih kepunyaannya.

Utusan Mbok Rondo : Wahai Gusti Menak Sopal kedatangan kami berdua kemari atas perintah Mbok Rondo Kerandon untukmengambil kembali Gajah Putih yang Gusti pinjam selama 7 hari yang lalu, karena gajah tersebut akan digunakan untuk acara kirab pusaka di Kawedanan oleh Mbok Rondo ..!
Minak Sopal                 : Dengan sangat menyesal saya tidak bisa mengembalikan Gajah Putih tersebut, karena Gajah Putih sudah saya sembelih dan kepalanya sudah saya gunakan sebagai tumbal di DAM. Atas seizin Gusti Kanjeng Bupati saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Mendengar laporan tadi marahlah 2 orang utusan Mbok Rondo dan terjadilah perkelahian antara Menak Sopal dengan 2 orang utusan tadi, akhimya kemenangan ada di Menak- Sopal (sebab Menak Sopal adalah seorang Empu dan juga Senopati dari Majapahit). Betapa marahnya Mbok Rondo mendengar Gajah Putih kesayangannya disembelih oleh Menak Sopal. Datanglah Mbok Rondo Kerandon dengan seluruh bala tentaranya untuk minta pertanggungjawaban dan keadilan kepada Bupati
Mbok Rondo                  : Kanjeng Bupati yang Mulia, kedatangan hamba kemari hanya minta keadilan dan pertanggungjawaban Gusti Menak Sopal, karena Gaiah Putih kami disembelih olehnya dan dijadikan tumbal.
Bupati                            : Tenang dulu Mbok Rondo, saya akan membantumu. Saya juga mohon maaf atas kekhilafan Menak Sopal, untuk itu saya sarankan kepada Mbok Rondo untuk pulang dan mencegat Menak Sopal di perbatasan Tugu dan Ponorogo sebab rencananya Menak Sopal akan pulang ke Mataram.
Mbok Rondo                  : Oh begitu kalau ini memang perintah Kanjeng Bupati hamba akan rnelaksanakannya dan akan menunggu Minak Sopal di perbatasan dengan bala tentara hamba
Bupati                            : Terimakasih Mbok Rondo atas pengertiannya
Mbok Rondo                  : Terimakasih kembali Kanjeng Bupati, hamba mohon pamit
            Sepeninggal Mbok Rondo Kerandon dari Pendopo Trenggalek, Bupati bisa bernapas lega. Padahal hal tersebut hanyalah siasat Bupati agar Menak Sopal bisa selamat.
Bupati                               : Wahai Minak Sopal kemarilah ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan kepadamu.
Minak Sopal                      : Ada apa baginda, sepertinya ada sesuatu yang penting buat hamba.
Bupati                               : Betul sekali Menak Sopal, ada hal yang sangat penting dan segera engkau laksanakan.. Saat ini kamu harus meninggalkan Kadipaten Trenggalek, sebab situasi saat ini sangat gawat sekali karena Mbok Rondo Kerandon sudah menunggumu di perbatasan Tugu – Ponorogo.
Minak Sopal                      : Lalu hamba harus lewat mana Gusti Kanjeng Bupati?
Bupati                               : Kamu harus lewat jalan bawah tanah yang sudah dibuatkan oleh Ki Bajul Kowor atas perintah saya dan lubang pintunya mulai dari tengah- tengah DAM BAGONG di bawah Batu Gajah, jalan itu nanti tembusannya di Ponorogo lewat Sumur Gemuling yang di atasnya ditunggui oleh Mbok Rondo Kerandon.
Minak Sopal                      : Terimakasih Gusti Kanjeng Bupati yang telah selamatkan hamba dari kejaran Mbok Rondo Kerandon, hamba mohon maaf seandainya ada kata-kata dan perilaku hamba selama di kadipaten ini kurang berkenan, sekali lagi hamba mohon maaf dan sekalian hamba mohon pamit semoga dalam perjalanan hamba ke Mataram segera sampai dengan selamat.
Bupati                               : Terimakasih kembali Menak Sopal kami atas nama rakyat Trenggalek tidak akan melupakan jasa-jasamu dalam pembuatan DAM BAGONG yang sangat berguna bagi masyarakat Trenggalek, dan mengucapkan banyak-banyak terimakasih atas pengabdianmu selama ini tanpa pamrih ikut memaiukan rakyat Trenggalek.
Minak Sopal                      : Saya mohon pamit dulu Gusti Kanjeng Bupati...
Bupati                               : Hati-hati diperjalanan Menak Sopal, salam saya ke Gusti Mataram.
Selang beberapa lama setelah Menak Sopal meninggalkan Kadipaten Trenggalek menuju ke Mataram, Mbok Rondo Kerandon wafat karena badannya bubuken (menjadi bubuk, karena terlalu lama menunggu Menak Sopal).
Trenggalek sedikit demi sedikit menjadi maju, aman dan sejahtera sampai sekarang berkat pertolongan dari EMPU MENAK SOPAL Senopati dari Kerajaan Majapahit. itu patut kita banggakan bahwa MENAK SOPAL adalah Tokoh Sejarah Babat Kota Trenggalek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar