ANALISIS
STILISTIKA
PADA
PUISI LARUT MALAM SUARA
SEBUAH TRUK
KARYA TAUFIQ ISMAIL
PENDAHULUAN
Stilistika merupakan studi pada gaya bahasa dan kajian
tetang kebahasaan. Stilistika dalam konteks kajian sastra secara rasional dapat
memanfaatkan wawasan untuk menentukan sudut pandang maupun sikap dan sifat
kajian. Selain itu stilistika merupakan perpanjangan dari kajian linguistic.
Namun pada kenyataannya ilmu tentang silistika jika dilihat dari sejarah
perkembangannya dapat dihubungkan dengan sejumlah sub disiplin ilmu, baik
retorika, semiotika, linguistic, maupun teori sastra. Melalui pendekatan
stilistka dapat menjelaskan suatu bentuk dan makna yang sering luput dari
perhatian dan pengamatan para pembaca. Sebab, kajian stilistika dalam sastra
dapat melihat bagaimana unsur-unsur bahasa digunakan untuk melahirkan
pesan-pesan dalam karya sastra.
Gaya
bahasa merupakan salah satu usur dari sebuah puisi. Gaya bahasa merupakan cara
khas menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan. Dalam
puisi, penyair berusaha menyampaikan ide, perasaan dan pikirannya dengan
menggunakan bahasa yang dibuat sedemikian rupa sedemikian tampak lebih indah
dan penuh makna. Oleh karena itu, untuk dapat memaknai sebuah puisi harus dapat
menganalisis dan memahami gaya bahasa tersebut.
Dalam puisi, majas sangat berperan penting dalam membangun dan
mengidentifikasi sebuah puisi. Seringkali majas dapat menjelaskan makna dan
imajinasi denagan memberi warna emosi tertentu
pada perasaan penbaca maupun pendengar. Terdapat tiga gaya bahasa dalam
puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk
karya Taufiq Ismail, yaitu gaya bunyi, gaya kata, dan gaya wacana.
1. Makna
yang terdapat dalam puisi Larut Malam
Suara Sebuah Truk
a.
Fenomenologi
Dalam pendekatan sastra, fenomenologi memanfaatkan pengalaman intuitif atas fenomena,
sesuatu yang hadir dalam refleksi fenomenologis, sebagai titik awal dan usaha
untuk mendapatkan fitur-hakekat dari pengalaman dan hakekat dari apa yang kita
alami.
Terdapat fenomenologi pada tiap bait puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk. Pada bait
pertama fenomenologinya merupakan para rombongan truk yang merupakan suatu
kendaraan atau alat transportasi gunanya untuk mengangkut barang yang akan
menuju kota Salatiga.
Sebuah Lasykar truk
Masuk
kota Salatiga
Pada kutipan tersebut
menunjukkan adanya rombongan truk yang akan menuju kota Salatiga. Pada bait
yang kedua fenomenologinya adalah para pengendara truk yang sedang menyanyikan
sebuah lagu. Menurut KBBI lagu adalah ragam suara yang berirama. Lagu
merupakan suatu hiburan yang disukai setiap orang entah itu didengarkan maupun
dinyanyikan.
Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Pada kutipan tersebut lagu
dinyanyikan oleh para supir truk. Mereka sedang menyanyikan lagu tentang
kemerdekaan yang berjudul 'Sudah Bebas Negeri Kita'. Pada bait ketiga merupakan
penantian anak kecil di jalan Tuntang yang sedang menunggu kedatangan ayahnya.
Di jalan Tuntang
seorang anak kecil
Empat
tahun terjaga
Pada kutipan tersebut
merupakan penantian seorang anak yang menunggu selama empat tahun. Ia sangat
mengharapkan kepulangan sang ayah yang merupakan sopir truk. Pada bait keempat
merupakan pertanyaan seorang anak yang bertanya kepada ibunya tentang kepulangan
ayahnya.
'Ibu, akan pulangkah
Bapa,
dan
membawakan pestol buat saya ?'
Pada kutipan tersebut
seorang anak menanyakan kepulangan ayahnya kepada sang ibu. Selain itu sudah
lama tidak ada sosok ayah yang hadir di dalam kehidupannya, serta keinginannya
sebuah mainan pistol pemberian sang ayah.
b. Penafsiran
Menurut KBBI penafsiran adalah proses, cara, perbuatan menafsirkan;
upaya untuk menjelaskan arti sesuatu yg kurang jelas. Makna yang
terdapat dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk menceritakan
tentang nasib para serdadu/pasukan pengendara truk yang ikut serta dalam
perebutan kemerdekaan Indonesia.
Sebuah Lasykar truk
Masuk
kota Salatiga
Ambisi dan
harapan untuk merdeka sangat kuat, karena dalam perjuangan itu mereka rela
meninggalkan keluarganya.
Mereka
menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Sementara para
pasukan truk berjuang merebut kemerdekaan, istri dan anak mereka hanya bisa
berharap cemas di dalam rumah. Hanya berdoa dan berharap yang mampu mereka
lakukan sambil menunggu pulang.
Di jalan Tuntang
seorang anak kecil
Empat
tahun terjaga
Hingga seorang
anak yang tidak mampu menyembunyikan rasa rindunya kepada sang ayah yang sudah
sangat lama meninggalkannya. Ia berharap kepulangan ayahnya bisa membawakan
kebahagiaan yang sudah lama tidak ia dapatkan.
'Ibu, akan pulangkah
Bapa,
dan
membawakan pestol buat saya ?'
c.
Rasionalisme
Rasionalisme yang terdapat dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk yaitu
seorang anak yang rindu dengan ayahnya karena sudah empat tahun ditinggalkan.
Ia bertanya kepada ibunya kapan ayahnya pulang dan membelikannya mainan pistol
untuknya.
Di jalan Tuntang
seorang anak kecil
Empat tahun terjaga
'Ibu, akan pulangkah
Bapa,
dan
membawakan pestol buat saya ?'
Karena sudah
sewajarnya jika seorang anak rindu dengan kehadiran sosok ayah dalam kehidupan
rumah tangga, apalagi anak tersebut sudah lama ditinggalkan yaitu selama empat
tahun.
d. Empirisme
Menurut KBBI empirisme
adalah aliran ilmu pengetahuan dan filsafat berdasarkan metode empiris dan
teori yang yang mengatakan bahwa semua pengetahuan di dapat dengan pengalaman.
Empirisme dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk ini merupakan pengalaman dari Taufik Ismail
tentang sebuah hiruk pikuk kemerdekaan Indonesia. Hal tersebut yang membuatnya
gelisah, karena perang tidak ada hubungannya bagi sebuah keluarga prajurit.
Selain itu bagi sebuah keluarga peperangan hanya akan membuat mentalnya
terusik. Seperti pada kutipan puisi berikut.
Di
jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga
'Ibu,
akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'
Pada kutipan tersebut
merupakan sebuah penantian keluarga prajutit yang sedang ditinggalkan. Karena
harus membela nagara para prajurit rela meninggalkan istri dan anaknya dalam
waktu yang sangat lama. Hingga akhirnya sang anak merasa gelisah atas
penantiannya tersebut.
2. Narasi Puisi Larut
Malam Suara Sebuah Truk Karya Taufiq Ismail
Pada puisi Larut
Malam Suara Sebuah Truk ini
merupakan puisi tentang perjuangan. Taufiq Ismail sengaja menceritakan sebuah
hiruk pikuk kemerdekaan Indonesia. Namun hal tersebut membuat Taufiq Ismail
gelisah, karena perang tidak ada hubungannya bagi sebuah keluarga prajurit.
Namun bagi sebuah keluarga peperangan hanya akan membuat mentalnya terusik.
Selain fisik yang yang harus dikorbankan, namun bagi keluarga yang ditinggalkan
sebuah peperangan dapat mengusik mental. Seperti penjelasan makna yang terdapat
dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk,
yaitu sebuah keluarga yang ditinggal yang berperang. Menyisakan seorang
istri dan anak yang hanya memikirkan kepulangan atau bahkan keselamatan seorang
suami atau sang ayah. “Empat tahun terjaga”, merupakan beban psikis yang
dialami seorang anak ketika ditinggalkan sang ayah tercinta pergi berperang. Dia
rela berlama-lama menunggu sang ayah kembali dari medan perang untuk dapat
kembali berkumpul dalam keluarga. Pada baris terakhir pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk terdapat
kata “membawakan pestol buat saya ?”. Kata pestol
merupakan sebuah mainan yang hampir disukai anak-anak. Namun pada puisi
tersebut kata pestol merupakan suatu
pengharapan seorang anak yang sudah lama tidak ia dapatkan, yaitu kebahagiaan
yang diberikan sang ayah kepada anaknya.
3.
Gaya Bunyi
Gaya bunyi meliputi
penggunaan bunyi-bunyi tertentu untuk mendapatkan efek tertentu, yaitu efek
estetis. Gaya bunyi ini berupa gaya ulangan bunyi: asonansi, aliterasi,
persajakan, sajak awal, sajak akhir, sajak dalam dan sajak tengah
a.
Asonansi dan
Aliterasi
Asonansi adalah ulangan
bunyi vokal dalam baris sajak. Asonansi ini untuk kemerduan dan menimbulkan
irama, untuk menyangkutkan atau mengeraskan arti kata dalam sajak maupun
membangkitkan suasana tertentu. Sedangkan aliterasi
adalah ulangan konsonan dalam baris sajak. Puisi “Larut Malam Suara Sebuah Truk”
karya Taufiq Ismail terdapat kombinasi asonansi
dan aliterasi. Selanjutnya akan
diuraikan asonansi dalam pusis Larut
Malam Suara Sebuah Truk.
Baris 1 berisi asonansi a-a, baris 2 a-a,
baris 3 a-a, baris 4 a-a, baris 5 i-i a-a, baris 6 a-a, baris 7 a-a, baris 8
a-a. Baris 1 sampai dengan 8 dapat dilihat pada kutipan berikut:
Sebuah Lasykar
truk
Masuk
kota Salatiga
Mereka menyanyikan
lagu
'Sudah Bebas
Negeri Kita'
Di jalan
Tuntang seorang
anak kecil
Empat tahun terjaga
:
'Ibu,
akan pulangkah
Bapa,
dan
membawakan pestol buat saya ?'
Pada
puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk ini
menggunakan pola bunyi yang tidak teratur. Sebagian besar tiap baris
menggunakan asonansi a, dan asonansi i hanya terdapat di baris ke 5. Setelah
diuraikan asonansi, selanjutnya akan diuraikan aliterasi dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk. Baris 1
berisi aliterasi s-s k-k, baris 2 s-s k-k t-t, baris 3 m-m k-k, baris 4 b-b,
baris 5 l-l t-t k-k, baris 6 t-t, baris 7 b-b k-k p-p, baris 8 m-m s-s t-t b-b.
Baris 1 sampai dengan 8 dapat dilihat pada kutipan berikut:
Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan
lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Di jalan
Tuntang
seorang anak kecil
Empat tahun terjaga
:
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol
buat saya ?'
Aliterasi
pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk ini
dapat memberikan tambahan intensitas dan kombinasi arti antara asonansi dan
aliterasi. Kombinasi dari asonansi dan aliterasi dapat memberikan penakanan dan
ragam makna pada puisi tersebut. Selain itu jika asonansi dan aliterasi di
kombinasikan maka intensitas arti menjadi bertambah.
b.
Sajak
Awal
Sajak awal adalah sajak yang berada di awal
baris-baris sajak (rima) awal. Sajak awal yang terdapat pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk sebagai
berkut:
Sebuah Lasykar truk
Masuk
kota Salatiga
Mereka
menyanyikan lagu
'Sudah
Bebas Negeri Kita'
Di jalan
Tuntang seorang anak kecil
Empat
tahun terjaga :
'Ibu,
akan pulangkah Bapa,
dan
membawakan pestol buat saya ?'
Sajak
awal yang terdapat pada puisi Larut Malam
Suara Sebuah Truk pada bagian awal puisi. Karena puisi tersebut menggunakan
sarana retorika enumerasi jadi sajak awal yang terdapat pada puisi tersebut
terletak pada bagian awal puisi. Enumerasi disini menjelaskan secara beruntut
jalan cerita puisi dari awal hingga akhir karena tidak terdapat repetisi atau
pengulangan.
c.
Sajak
Akhir
Sajak akhir adalah pola persajakan (ulangan suara) di
akhir baris. Sajak akhir digunakan untuk mendapatkan efek estetis berupa
hiasan, penyangatan (intensis) makna, maupun untuk pertentangan arti, dan
menimbulkan irama yang menyebabkan liris (pencurahan perasaan) ataupun
ekspresivitas. Sajak akhir yang terdapat pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk sebagai berikut:
Sebuah
Lasykar truk
Masuk
kota Salatiga
Mereka
menyanyikan lagu
'Sudah
Bebas Negeri Kita'
Di jalan
Tuntang seorang anak kecil
Empat
tahun terjaga :
'Ibu,
akan pulangkah Bapa,
dan
membawakan pestol buat saya ?'
Dalam puisi Larut
Malam Suara Sebuah Truk berpola tidak. Pola sajak akhir dalam puisi
tersebut yaitu a-a-b-b. Dapat terlihat dari puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk tersebut yang menggunakan sajak akhir
tidak teratur. Seperti pada baris 1 menggunakan sajak akhir u, baris 2 a, baris
3 u, baris 4 a, baris 5 i, baris 6 a, baris 7 a, baris 8 a.
d.
Sajak
Tengah
Sajak tengah adalah sajak di tengah baris antara dua
baris atau lebih. Sajak tengah dalam puisi Larut
Malam Suara Sebuah Truk dapat dilihat di bawah ini.
…………………
Mereka
menyanyikan lagu
…………………
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
…………………
'Ibu,
akan pulangkah Bapa,
dan membawakan
pestol buat saya ?
Sajak tengah yang terdapat pada Larut Malam Suara Sebuah Truk ini adalah a-a-a-a. Baris yang
pertama terdapat pada kata “menyanyikan”, baris kedua “jalan”, baris ketiga
“akan”, baris keempat “membawakan”.
e.
Sajak
Dalam
Sajak dalam adalah sajak yang terdapat di dalam satu
baris, gunanya untuk membuat sajak berirama. Sajak dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk adalah sebagai berikut:
Sebuah Lasykar
truk
Masuk
kota Salatiga
Mereka menyanyikan
lagu
'Sudah Bebas
Negeri Kita'
Di
jalan Tuntang
seorang anak
kecil
Empat tahun terjaga
:
'Ibu,
akan pulangkah
Bapa,
dan
membawakan pestol buat saya ?'
Di
dalam sajak dalam ini terdapat beberapa bunyi vokal yang sama antara baris
pertama, baris kedua atau baris berikutnya. Keseluruhan bunyi vokal pada sajak
dalam yang terdapat pada puisi Larut
Malam Suara Sebuah Truk ini adalah a-a.
f.
Gaya
Kiasan Bunyi
Gaya
kiasan bunyi beruapa yang terdapat pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk berupa simbolik bunyi. Simbolik bunyi
disebut juga lambang rasa. Simbolik bunyi ini untuk menyimbolkan perasaan. Pada
umumnya berupa kombinasi bunyi vokal. dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk ini mempunyai dua kombinasi vokal,
yatiu a dan i. Namun vokal a lebih mendominasi pada puisi tersebut dibandingkan
vokal i. Berikut simbolik bunyi yang terdapat pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk.
Sebuah Lasykar
truk
Masuk
kota Salatiga
Mereka menyanyikan
lagu
'Sudah Bebas
Negeri Kita'
Di jalan
Tuntang seorang
anak kecil
Empat tahun terjaga
:
'Ibu,
akan pulangkah
Bapa,
dan
membawakan pestol buat saya ?'
Kombinasi
vokal yang terdapat pada puisi Larut
Malam Suara Sebuah Truk melambangkan perasaan semangat yang terdapat pada
supir truk dan penantian yang dialami oleh keluarga, baik istri maupun anak
dari supir truk tersebut. Meskipun vokal a lebih mendominasi dari pada vokal i,
namun kedua vokal tersebut saling mengaitkan makna yang terdapat pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk.
Sebuah Lasykar
truk
Masuk
kota Salatiga
Mereka menyanyikan
lagu
'Sudah Bebas
Negeri Kita'
Vokal
a yang terdapat dalam kutipan puisi tersebut dapat memperkuat maknanya yaitu
semangat juang yang dialami oleh para serdadu supir truk. Terbukti pada baris
keempat yaitu Sudah Bebaskah Negeri Kita yang
merupakan nyanyian pembangkit semangat yang dinyanyikan para serdadu supir
truk.
Di jalan
Tuntang seorang
anak kecil
Empat tahun terjaga
:
'Ibu,
akan pulangkah
Bapa,
dan
membawakan pestol buat saya ?'
Ketika
vokal a diatas terselip oleh vokal i, suasana yang sebelumnya semangat berubah
menjadi suasana sedih. Terbukti pada puisi baris ke lima Di jalan Tuntang seorang anak kecil yang merupakan perasaan sedih
seorang anak yang telah lama ditinggalkan ayahnya pergi berperang. Perasaan
tersebut akhirnya mempengaruhi makna dari baris puisi yang selanjutnya yaitu
sebuah perasaan sedih dan penantian yang tiada berakhir.
g.
Orkestrasi
Bunyi
Kombinasi
bunyi konsonan, vokal yang berturut-turut, asonansi dan aliterasi, pola sajak,
tengah, dalam, dan akhir
menimbulkan bunyi musik merdu dan berirama. Namun bunyi music yang terdapat
pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk adalah kakafoni.
Kakafoni adalah
kombinasi bunyi yang tidak teratur, tidak merdu, parau. Kombinasi tersebut
berupa bunyi tak bersuara yaitu k, p, t, s. Berikut ini kakafoni yang terdapat
dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk:
Sebuah
Lasykar truk
Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan
lagu
'Sudah Bebas
Negeri Kita'
Di
jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga :
'Ibu,
akan pulangkah Bapa,
dan
membawakan pestol
buat saya ?'
Kakafoni
itu memberikan suasana yang kacau balau, sedih, dan tidak menyenagkan. Kakafoni
yang terdapat pada puisi Larut Malam
Suara Sebuah Truk tersebut menggunakan kombinasi bunyi k,p,t,s yang
memberikan suasana sedih, penantian, harapan dan tidak menyenangkan.
h.
Irama
Irama adalah efek yang timbul oleh gaya bunyi, karena
ulangan bunyi yang berturut-turut, tekanan bunyi yang panjang pendek, keras
lemah dan tinggi rendah. Sedangkan menurut KBBI, irama merupakan gerakan yang
berturut-turut secara teratur secara beraturan. Irama ada dua macam, yaitu
meterum dan ritme.
Dalam puisi Larut
Malam Suara Sebuah Truk ini tidak menggunakan meterum, melainkan menggunakan
ritme. Ritme merupakan irama yang disebabkan oleh ulangan yang tidak begitu
ajek, tekanan yang tidak ajek dan jumlah suku kata yang tidak ajek. Hal
tersebut dapat dilihat pada puisi berikut:
Sebuah Lasykar truk (6)
Masuk kota Salatiga (8)
Mereka menyanyikan lagu (9)
'Sudah Bebas Negeri Kita' (8)
Di jalan Tuntang seorang anak kecil (12)
Empat tahun terjaga : (7)
'Ibu, akan pulangkah Bapa, (9)
dan membawakan pestol buat saya ?' (11)
Angka
tersebut merupakan jumlah suku kata yang terdapat dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk. Terlihat
bahwa puisi tersebut tidak menggunakan suku kata yang ajek dari awal sampai
akhir pada tiap puisi. Jadi, puisi Larut
Malam Suara Sebuah Truk ini menggunakan ritme yang ulangan iramanya,
tekanan, dan jumlah suku kata tidak ajek.
4. Gaya
Kata
Gaya kata ini ditekankan pada kata untuk mendapatkan
efek tertrntu. Dalam hal ini, penekanan bukan pada kalimat sebagai
keseluruhannya, tetapi penekanan pada penggunaan kata dalam kalimat untuk
mendapatkan efek tertentu. Gaya kata ini meliputi etimologi, morfologi, dan semantik.
Etimologi meliputi asal-usul kata, penciptaan kata baru. Morfologi meliputi pembentukan kata
dengan penggunaan imbuhan dan penghilangan imbuhan, seperti awalan dan akhiran,
pembalikan susun kata, pemotongan kata-kata, dan penggabungan kata-kata.
Semantik meiputi penekanan arti atau makna kata.
a.
Gaya
Bahasa Berdasarkan Etimologi
Gaya bahasa etimologi eliputi asal-usul kata dan
penciptaan kata baru. Dalam Larut Malam
Suara Sebuah Truk ini menggunakan gaya bahasa berdasar etimologi, antara
lain: lasykar, truk, kota dan pestol. Kata lasykar atau laskar berasal
dari kata Persia lashkar yang berarti
tentara. Sedangkan kata truk berasal
dari bahasa Inggris truck yang
berarti kendaraan pengangkut barang. Kata kota
berasal dari bahasa Sansekerta kuta
yang berarti benteng atau dinding. Kata pestol
berasal dari bahasa Inggris pistol yang
berarti senjata api genggam. Kata-kata tersebut dapat dilihat pada puisi
berikut:
Sebuah Lasykar
truk
Masuk kota
Salatiga
Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga :
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol
buat saya ?'
b.
Gaya
Bahasa Berdasar Morfologi
Gaya bahasa ini berhubungan dengan pembentukan
kata-kata secara gramatikal, yaitu membentuk kata dari kata dasarnya dengan
memberi imbuhan atau menghilangkan imbuhan. Di samping itu juga, pembentukan
nonsense, yaitu kata-kata yang tidak ada dalam kamus, secara linguistic tidak
ada artinya. Dalam puisi Larut Malam
Suara Sebuah Truk menggunakan gaya bahasa morfologi sebagai berikut:
-
Memberi
imbuhan: kata seorang à se-orang
kata
terjaga à ter-jaga
-
Memberi
akhiran: kata pulangkah à pulang-kah
-
Memberi
imbuhan dan akhiran: kata menyanyikan à me-nyanyi-kan
kata membawakan à me-bawa-kan
c.
Gaya
Berdasar Semantik
Gaya berdasar semantik meliputi penekanan arti atau
makna kata. Diantaranya gaya kosakata, diksi atau gaya pemilihan kata, gaya
bahasa kiasan dan gaya sarana retorika yang menekankan penggunaan kata.
Gaya
kosa kata adalah penggunaan kosa kata tertentu untuk mendapatkan efek
kepuitisan terntentu. Dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk Taufiq Ismail menggunakan bahasa
sehari-hari yang ssering kita jumpai. Seperti halnya pada kutipan puisi
berikut:
………………..
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol
buat saya ?'
Kata-kata tersebut sering kita dengar ketika di
lingkungan sehari-hari. Seperti halnya seorang anak kecil yang sedang menanyakan
kepulangan ayahnya atau sedang meminta mainan yang diinginkannya. Taufiq Ismail
sengaja membuat pusisi tersebut menggunakan sehari-hari supaya membuat para
pembaca dapat dengan mudah memahami dan menemukan dalam kesehariannya.
Gaya pemilihan kata dipergunakan untuk mendapatkan
arti dan intensitas pernyataan. Terapat beberapa gaya pemilihan kata (diksi)
yang terdapat pada puisi Larut Malam
Suara Sebuah Truk. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan puisi berikut:
Sebuah Lasykar truk
…………………
Empat tahun terjaga :
…………………
dan membawakan pestol buat saya ?'
Pada kutipan
berikut puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk menggunakan diksi untuk mendapatkan arti
(makna) untuk intensitas arti, seperti kata berikut: lasykar, terjaga, dan pestol.
Kata tersebut dipilih Taufiq Ismail karena dianggap tepat untuk mendapatkan
arti (makna), seperti kata lasykar yang
digunakan untuk menggambarkan suatu kelompok atau serdadu. Pada puisi tersebut lasykar maksudnya para serdadu
pengendara truk yang ikut berjuang di zaman perjuangan. Selanjutnya terjaga yang digunakan untuk
menggambarkan situasi menunggu seseorang dengan jangka waktu yang sangat lama. Pestol dipakai untuk menggambarkan suatu
kebahagiaan yang diharapkan oleh seorang anak.
5. Gaya
Wacana
Gaya wacana yang terdapat dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk menggunakan
sarana retorika. Bahasa retorika merupakan bahasa kepuitisan berupa muslihat
pikiran. Sarana retorika adalah jenis gaya dan cara tersendiri yang digunakan
oleh pengarang dalam melahirkan pikirannya (Pradopo, 2012: 93). Bahasa retorika
ini banyak digunakan oleh para penyair dalam menciptakan sajaknya. Sebenarnya
digunakan untuk membuat efisien bahasa namun terkadang kata-kata yang digunakan
itu berkonotasi berlebihan dan penuh dengan kata yang muluk (WS, 2012: 115)
Jenis
sarana retorika yang terdapat dalam puisi Larut
Malam Suara Sebuah Truk adalah enumerasi.
Enumerasi merupakan sarana retorika yang berupa pemecahan suatu hal atau
keadaan menjadi beberapa bagian dengan tujuan agar hal itu lebih jelas dan
nyata bagi pembaca atau pendengar. Selain itu juga untuk menguatkan suatu
pernyataan atau keadaan, dan memeberi intensitas. Seperti pada puisi berikut:
Sebuah
Lasykar truk
Masuk
kota Salatiga
Mereka
menyanyikan lagu
'Sudah
Bebas Negeri Kita'
Di
jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat
tahun terjaga :
'Ibu,
akan pulangkah Bapa,
dan
membawakan pestol buat saya ?'
Pada bait puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk tersebut merupakan enumerasi. Dalam
puisi tersebut menunjukkan gambaran suatu situasi di mana peenggambaran keadaan tersebut dijelaskan secara berurutan
sehingga memperjelas pembaca atas situasi yang digambarkan oleh Taufiq Ismail.
PENUTUP
Gaya
bahasa dalam puisi merupakan salah satu usur dari sebuah puisi. Gaya bahasa
adalah cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau
lisan yang disampaikan penyair dalam menyampaikan ide, perasaan dan
pemikirannya dengan menggunakan bahasa yang dibuat sedemikian rupa sehingga
tampak indah dan penuh makna. Selain itu terdapat stilistika yang dapat
digunakan untuk menganalisis suatu makna yang terdapat dalam puisi. Dalam puisi
Larut Malam Suara Sebuah Truk terdapat
tiga aspeknya, yaitu gaya bunyi, gaya kata, dan gaya wacana. Gaya bunyi yang
terdapat pada puisi karya Taufiq Ismail tersebut menggunakan gaya bunyi
estetis, yaitu gaya bunyi yang berupa
gaya ulangan bunyi: asonansi, aliterasi, persajakan, sajak awal, sajak akhir,
sajak dalam dan sajak tengah. Gaya
kata meliputi etimologi, morfologi, dan
semantik. Etimologi meliputi
asal-usul kata, penciptaan kata baru.
Sedangkan gaya
wacana yang terdapat dalam puisi Larut
Malam Suara Sebuah Truk menggunakan sarana retorika. Bahasa retorika
merupakan bahasa kepuitisan berupa muslihat pikiran. Sarana retorika adalah
jenis gaya dan cara tersendiri yang digunakan oleh pengarang dalam melahirkan
pikirannya.
DAFTAR RUJUKAN
Depdikbud. 1996. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
WS, Hasanuddin. Membaca dan Menilai Sajak: Pengantar
Pengkajian dan Interpretasi. Bandung: Angkasa, 2012.
Pradopo, Rachmad Djoko. Pengkaji Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar