Iklan

Selasa, 07 Februari 2017

ANALISIS STILISTIKA PADA PUISI LARUT MALAM SUARA SEBUAH TRUK KARYA TAUFIQ ISMAIL



ANALISIS STILISTIKA

PADA PUISI LARUT MALAM SUARA SEBUAH TRUK KARYA TAUFIQ ISMAIL

PENDAHULUAN
            Stilistika merupakan studi pada gaya bahasa dan kajian tetang kebahasaan. Stilistika dalam konteks kajian sastra secara rasional dapat memanfaatkan wawasan untuk menentukan sudut pandang maupun sikap dan sifat kajian. Selain itu stilistika merupakan perpanjangan dari kajian linguistic. Namun pada kenyataannya ilmu tentang silistika jika dilihat dari sejarah perkembangannya dapat dihubungkan dengan sejumlah sub disiplin ilmu, baik retorika, semiotika, linguistic, maupun teori sastra. Melalui pendekatan stilistka dapat menjelaskan suatu bentuk dan makna yang sering luput dari perhatian dan pengamatan para pembaca. Sebab, kajian stilistika dalam sastra dapat melihat bagaimana unsur-unsur bahasa digunakan untuk melahirkan pesan-pesan dalam karya sastra.
            Gaya bahasa merupakan salah satu usur dari sebuah puisi. Gaya bahasa merupakan cara khas menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan. Dalam puisi, penyair berusaha menyampaikan ide, perasaan dan pikirannya dengan menggunakan bahasa yang dibuat sedemikian rupa sedemikian tampak lebih indah dan penuh makna. Oleh karena itu, untuk dapat memaknai sebuah puisi harus dapat menganalisis dan memahami gaya bahasa tersebut.  Dalam puisi, majas sangat berperan penting dalam membangun dan mengidentifikasi sebuah puisi. Seringkali majas dapat menjelaskan makna dan imajinasi denagan memberi warna emosi tertentu  pada perasaan penbaca maupun pendengar. Terdapat tiga gaya bahasa dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk karya Taufiq Ismail, yaitu gaya bunyi, gaya kata, dan gaya wacana.     


1.      Makna yang terdapat dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk

a.       Fenomenologi
Dalam pendekatan sastra, fenomenologi memanfaatkan pengalaman intuitif atas fenomena, sesuatu yang hadir dalam refleksi fenomenologis, sebagai titik awal dan usaha untuk mendapatkan fitur-hakekat dari pengalaman dan hakekat dari apa yang kita alami.
Terdapat fenomenologi pada tiap bait puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk. Pada bait pertama fenomenologinya merupakan para rombongan truk yang merupakan suatu kendaraan atau alat transportasi gunanya untuk mengangkut barang yang akan menuju kota Salatiga.
Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga
Pada kutipan tersebut menunjukkan adanya rombongan truk yang akan menuju kota Salatiga. Pada bait yang kedua fenomenologinya adalah para pengendara truk yang sedang menyanyikan sebuah lagu. Menurut KBBI lagu adalah ragam suara yang berirama. Lagu merupakan suatu hiburan yang disukai setiap orang entah itu didengarkan maupun dinyanyikan.
      Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Pada kutipan tersebut lagu dinyanyikan oleh para supir truk. Mereka sedang menyanyikan lagu tentang kemerdekaan yang berjudul 'Sudah Bebas Negeri Kita'. Pada bait ketiga merupakan penantian anak kecil di jalan Tuntang yang sedang menunggu kedatangan ayahnya.
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga
Pada kutipan tersebut merupakan penantian seorang anak yang menunggu selama empat tahun. Ia sangat mengharapkan kepulangan sang ayah yang merupakan sopir truk. Pada bait keempat merupakan pertanyaan seorang anak yang bertanya kepada ibunya tentang kepulangan ayahnya.
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'
Pada kutipan tersebut seorang anak menanyakan kepulangan ayahnya kepada sang ibu. Selain itu sudah lama tidak ada sosok ayah yang hadir di dalam kehidupannya, serta keinginannya sebuah mainan pistol pemberian sang ayah. 

b.      Penafsiran
Menurut KBBI penafsiran adalah proses, cara, perbuatan menafsirkan; upaya untuk menjelaskan arti sesuatu yg kurang jelas. Makna yang terdapat dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk menceritakan tentang nasib para serdadu/pasukan pengendara truk yang ikut serta dalam perebutan kemerdekaan Indonesia.
Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga
Ambisi dan harapan untuk merdeka sangat kuat, karena dalam perjuangan itu mereka rela meninggalkan keluarganya.
Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Sementara para pasukan truk berjuang merebut kemerdekaan, istri dan anak mereka hanya bisa berharap cemas di dalam rumah. Hanya berdoa dan berharap yang mampu mereka lakukan sambil menunggu pulang.
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga
Hingga seorang anak yang tidak mampu menyembunyikan rasa rindunya kepada sang ayah yang sudah sangat lama meninggalkannya. Ia berharap kepulangan ayahnya bisa membawakan kebahagiaan yang sudah lama tidak ia dapatkan.
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'

c.       Rasionalisme
Rasionalisme yang terdapat dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk yaitu seorang anak yang rindu dengan ayahnya karena sudah empat tahun ditinggalkan. Ia bertanya kepada ibunya kapan ayahnya pulang dan membelikannya mainan pistol untuknya.
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'
Karena sudah sewajarnya jika seorang anak rindu dengan kehadiran sosok ayah dalam kehidupan rumah tangga, apalagi anak tersebut sudah lama ditinggalkan yaitu selama empat tahun.
d.      Empirisme
Menurut KBBI empirisme adalah aliran ilmu pengetahuan dan filsafat berdasarkan metode empiris dan teori yang yang mengatakan bahwa semua pengetahuan di dapat dengan pengalaman. Empirisme dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk ini merupakan pengalaman dari Taufik Ismail tentang sebuah hiruk pikuk kemerdekaan Indonesia. Hal tersebut yang membuatnya gelisah, karena perang tidak ada hubungannya bagi sebuah keluarga prajurit. Selain itu bagi sebuah keluarga peperangan hanya akan membuat mentalnya terusik. Seperti pada kutipan puisi berikut.
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'
Pada kutipan tersebut merupakan sebuah penantian keluarga prajutit yang sedang ditinggalkan. Karena harus membela nagara para prajurit rela meninggalkan istri dan anaknya dalam waktu yang sangat lama. Hingga akhirnya sang anak merasa gelisah atas penantiannya tersebut.

2. Narasi Puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk Karya Taufiq Ismail
Pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk ini merupakan puisi tentang perjuangan. Taufiq Ismail sengaja menceritakan sebuah hiruk pikuk kemerdekaan Indonesia. Namun hal tersebut membuat Taufiq Ismail gelisah, karena perang tidak ada hubungannya bagi sebuah keluarga prajurit. Namun bagi sebuah keluarga peperangan hanya akan membuat mentalnya terusik. Selain fisik yang yang harus dikorbankan, namun bagi keluarga yang ditinggalkan sebuah peperangan dapat mengusik mental. Seperti penjelasan makna yang terdapat dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk, yaitu sebuah keluarga yang ditinggal yang berperang. Menyisakan seorang istri dan anak yang hanya memikirkan kepulangan atau bahkan keselamatan seorang suami atau sang ayah. “Empat tahun terjaga”, merupakan beban psikis yang dialami seorang anak ketika ditinggalkan sang ayah tercinta pergi berperang. Dia rela berlama-lama menunggu sang ayah kembali dari medan perang untuk dapat kembali berkumpul dalam keluarga. Pada baris terakhir pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk terdapat kata “membawakan pestol buat saya ?”. Kata pestol merupakan sebuah mainan yang hampir disukai anak-anak. Namun pada puisi tersebut kata pestol merupakan suatu pengharapan seorang anak yang sudah lama tidak ia dapatkan, yaitu kebahagiaan yang diberikan sang ayah kepada anaknya.       

3.      Gaya Bunyi
Gaya bunyi meliputi penggunaan bunyi-bunyi tertentu untuk mendapatkan efek tertentu, yaitu efek estetis. Gaya bunyi ini berupa gaya ulangan bunyi: asonansi, aliterasi, persajakan, sajak awal, sajak akhir, sajak dalam dan sajak tengah

a.       Asonansi dan Aliterasi
Asonansi adalah ulangan bunyi vokal dalam baris sajak. Asonansi ini untuk kemerduan dan menimbulkan irama, untuk menyangkutkan atau mengeraskan arti kata dalam sajak maupun membangkitkan suasana tertentu. Sedangkan aliterasi adalah ulangan konsonan dalam baris sajak. Puisi “Larut Malam Suara Sebuah Truk” karya Taufiq Ismail terdapat kombinasi asonansi dan aliterasi. Selanjutnya akan diuraikan asonansi dalam pusis Larut Malam Suara Sebuah Truk.
Baris 1 berisi asonansi a-a, baris 2 a-a, baris 3 a-a, baris 4 a-a, baris 5 i-i a-a, baris 6 a-a, baris 7 a-a, baris 8 a-a. Baris 1 sampai dengan 8 dapat dilihat pada kutipan berikut:
Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga :
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'
Pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk ini menggunakan pola bunyi yang tidak teratur. Sebagian besar tiap baris menggunakan asonansi a, dan asonansi i hanya terdapat di baris ke 5. Setelah diuraikan asonansi, selanjutnya akan diuraikan aliterasi dalam puisi  Larut Malam Suara Sebuah Truk. Baris 1 berisi aliterasi s-s k-k, baris 2 s-s k-k t-t, baris 3 m-m k-k, baris 4 b-b, baris 5 l-l t-t k-k, baris 6 t-t, baris 7 b-b k-k p-p, baris 8 m-m s-s t-t b-b. Baris 1 sampai dengan 8 dapat dilihat pada kutipan berikut:
Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga :
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'
Aliterasi pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk ini dapat memberikan tambahan intensitas dan kombinasi arti antara asonansi dan aliterasi. Kombinasi dari asonansi dan aliterasi dapat memberikan penakanan dan ragam makna pada puisi tersebut. Selain itu jika asonansi dan aliterasi di kombinasikan maka intensitas arti menjadi bertambah.
b.      Sajak Awal
Sajak awal adalah sajak yang berada di awal baris-baris sajak (rima) awal. Sajak awal yang terdapat pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk sebagai berkut:
Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga :
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'
            Sajak awal yang terdapat pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk pada bagian awal puisi. Karena puisi tersebut menggunakan sarana retorika enumerasi jadi sajak awal yang terdapat pada puisi tersebut terletak pada bagian awal puisi. Enumerasi disini menjelaskan secara beruntut jalan cerita puisi dari awal hingga akhir karena tidak terdapat repetisi atau pengulangan.

c.       Sajak Akhir
Sajak akhir adalah pola persajakan (ulangan suara) di akhir baris. Sajak akhir digunakan untuk mendapatkan efek estetis berupa hiasan, penyangatan (intensis) makna, maupun untuk pertentangan arti, dan menimbulkan irama yang menyebabkan liris (pencurahan perasaan) ataupun ekspresivitas. Sajak akhir yang terdapat pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk sebagai berikut:
Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga :
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'
Dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk berpola tidak. Pola sajak akhir dalam puisi tersebut yaitu a-a-b-b. Dapat terlihat dari puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk tersebut yang menggunakan sajak akhir tidak teratur. Seperti pada baris 1 menggunakan sajak akhir u, baris 2 a, baris 3 u, baris 4 a, baris 5 i, baris 6 a, baris 7 a, baris 8 a.

d.      Sajak Tengah
Sajak tengah adalah sajak di tengah baris antara dua baris atau lebih. Sajak tengah dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk dapat dilihat di bawah ini.
…………………
Mereka menyanyikan lagu
…………………
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
…………………
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?
Sajak tengah yang terdapat pada Larut Malam Suara Sebuah Truk ini adalah a-a-a-a. Baris yang pertama terdapat pada kata “menyanyikan”, baris kedua “jalan”, baris ketiga “akan”, baris keempat “membawakan”. 

e.       Sajak Dalam
Sajak dalam adalah sajak yang terdapat di dalam satu baris, gunanya untuk membuat sajak berirama. Sajak dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk adalah sebagai berikut:
Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga :
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'
Di dalam sajak dalam ini terdapat beberapa bunyi vokal yang sama antara baris pertama, baris kedua atau baris berikutnya. Keseluruhan bunyi vokal pada sajak dalam yang terdapat pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk ini adalah a-a.

f.       Gaya Kiasan Bunyi
Gaya kiasan bunyi beruapa yang terdapat pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk berupa simbolik bunyi. Simbolik bunyi disebut juga lambang rasa. Simbolik bunyi ini untuk menyimbolkan perasaan. Pada umumnya berupa kombinasi bunyi vokal. dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk ini mempunyai dua kombinasi vokal, yatiu a dan i. Namun vokal a lebih mendominasi pada puisi tersebut dibandingkan vokal i. Berikut simbolik bunyi yang terdapat pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk.
Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga :
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'
Kombinasi vokal yang terdapat pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk melambangkan perasaan semangat yang terdapat pada supir truk dan penantian yang dialami oleh keluarga, baik istri maupun anak dari supir truk tersebut. Meskipun vokal a lebih mendominasi dari pada vokal i, namun kedua vokal tersebut saling mengaitkan makna yang terdapat pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk.
Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Vokal a yang terdapat dalam kutipan puisi tersebut dapat memperkuat maknanya yaitu semangat juang yang dialami oleh para serdadu supir truk. Terbukti pada baris keempat yaitu Sudah Bebaskah Negeri Kita yang merupakan nyanyian pembangkit semangat yang dinyanyikan para serdadu supir truk.
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga :
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'
Ketika vokal a diatas terselip oleh vokal i, suasana yang sebelumnya semangat berubah menjadi suasana sedih. Terbukti pada puisi baris ke lima Di jalan Tuntang seorang anak kecil yang merupakan perasaan sedih seorang anak yang telah lama ditinggalkan ayahnya pergi berperang. Perasaan tersebut akhirnya mempengaruhi makna dari baris puisi yang selanjutnya yaitu sebuah perasaan sedih dan penantian yang tiada berakhir.   
g.      Orkestrasi Bunyi
Kombinasi bunyi konsonan, vokal yang berturut-turut, asonansi dan aliterasi, pola sajak, tengah, dalam, dan akhir menimbulkan bunyi musik merdu dan berirama. Namun bunyi music yang terdapat pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk adalah kakafoni.
Kakafoni adalah kombinasi bunyi yang tidak teratur, tidak merdu, parau. Kombinasi tersebut berupa bunyi tak bersuara yaitu k, p, t, s. Berikut ini kakafoni yang terdapat dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk:
Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga :
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'
Kakafoni itu memberikan suasana yang kacau balau, sedih, dan tidak menyenagkan. Kakafoni yang terdapat pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk tersebut menggunakan kombinasi bunyi k,p,t,s yang memberikan suasana sedih, penantian, harapan dan tidak menyenangkan.

h.      Irama
Irama adalah efek yang timbul oleh gaya bunyi, karena ulangan bunyi yang berturut-turut, tekanan bunyi yang panjang pendek, keras lemah dan tinggi rendah. Sedangkan menurut KBBI, irama merupakan gerakan yang berturut-turut secara teratur secara beraturan. Irama ada dua macam, yaitu meterum dan ritme.
Dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk ini tidak menggunakan meterum, melainkan menggunakan ritme. Ritme merupakan irama yang disebabkan oleh ulangan yang tidak begitu ajek, tekanan yang tidak ajek dan jumlah suku kata yang tidak ajek. Hal tersebut dapat dilihat pada puisi berikut:
Sebuah Lasykar truk (6)
Masuk kota Salatiga (8)
Mereka menyanyikan lagu (9)
'Sudah Bebas Negeri Kita' (8)
Di jalan Tuntang seorang anak kecil (12)
Empat tahun terjaga : (7)
'Ibu, akan pulangkah Bapa, (9)
dan membawakan pestol buat saya ?' (11)
Angka tersebut merupakan jumlah suku kata yang terdapat dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk. Terlihat bahwa puisi tersebut tidak menggunakan suku kata yang ajek dari awal sampai akhir pada tiap puisi. Jadi, puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk ini menggunakan ritme yang ulangan iramanya, tekanan, dan jumlah suku kata tidak ajek.
4.      Gaya Kata
Gaya kata ini ditekankan pada kata untuk mendapatkan efek tertrntu. Dalam hal ini, penekanan bukan pada kalimat sebagai keseluruhannya, tetapi penekanan pada penggunaan kata dalam kalimat untuk mendapatkan efek tertentu. Gaya kata ini meliputi etimologi, morfologi, dan semantik. Etimologi meliputi asal-usul kata, penciptaan kata baru. Morfologi meliputi pembentukan kata dengan penggunaan imbuhan dan penghilangan imbuhan, seperti awalan dan akhiran, pembalikan susun kata, pemotongan kata-kata, dan penggabungan kata-kata. Semantik meiputi penekanan arti atau makna kata.

a.       Gaya Bahasa Berdasarkan Etimologi  
Gaya bahasa etimologi eliputi asal-usul kata dan penciptaan kata baru. Dalam Larut Malam Suara Sebuah Truk ini menggunakan gaya bahasa berdasar etimologi, antara lain: lasykar, truk, kota dan pestol. Kata lasykar atau laskar berasal dari kata Persia lashkar yang berarti tentara. Sedangkan kata truk berasal dari bahasa Inggris truck yang berarti kendaraan pengangkut barang. Kata kota berasal dari bahasa Sansekerta kuta yang berarti benteng atau dinding. Kata pestol berasal dari bahasa Inggris pistol yang berarti senjata api genggam. Kata-kata tersebut dapat dilihat pada puisi berikut:
Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga   
Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga :
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'   

b.      Gaya Bahasa Berdasar Morfologi
Gaya bahasa ini berhubungan dengan pembentukan kata-kata secara gramatikal, yaitu membentuk kata dari kata dasarnya dengan memberi imbuhan atau menghilangkan imbuhan. Di samping itu juga, pembentukan nonsense, yaitu kata-kata yang tidak ada dalam kamus, secara linguistic tidak ada artinya. Dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk menggunakan gaya bahasa morfologi sebagai berikut:
-          Memberi imbuhan:      kata seorang à se-orang
kata terjaga à ter-jaga
-          Memberi akhiran:        kata pulangkah   à pulang-kah
-          Memberi imbuhan dan akhiran:  kata menyanyikan à me-nyanyi-kan
     kata membawakan à me-bawa-kan

c.       Gaya Berdasar Semantik
Gaya berdasar semantik meliputi penekanan arti atau makna kata. Diantaranya gaya kosakata, diksi atau gaya pemilihan kata, gaya bahasa kiasan dan gaya sarana retorika yang menekankan penggunaan kata.
Gaya kosa kata adalah penggunaan kosa kata tertentu untuk mendapatkan efek kepuitisan terntentu. Dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk Taufiq Ismail menggunakan bahasa sehari-hari yang ssering kita jumpai. Seperti halnya pada kutipan puisi berikut:
………………..
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'  
Kata-kata tersebut sering kita dengar ketika di lingkungan sehari-hari. Seperti halnya seorang anak kecil yang sedang menanyakan kepulangan ayahnya atau sedang meminta mainan yang diinginkannya. Taufiq Ismail sengaja membuat pusisi tersebut menggunakan sehari-hari supaya membuat para pembaca dapat dengan mudah memahami dan menemukan dalam kesehariannya.
Gaya pemilihan kata dipergunakan untuk mendapatkan arti dan intensitas pernyataan. Terapat beberapa gaya pemilihan kata (diksi) yang terdapat pada puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan puisi berikut:
Sebuah Lasykar truk
…………………
Empat tahun terjaga :
…………………
dan membawakan pestol buat saya ?'
Pada kutipan berikut puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk menggunakan diksi untuk mendapatkan arti (makna) untuk intensitas arti, seperti kata berikut: lasykar, terjaga, dan pestol. Kata tersebut dipilih Taufiq Ismail karena dianggap tepat untuk mendapatkan arti (makna), seperti kata lasykar yang digunakan untuk menggambarkan suatu kelompok atau serdadu. Pada puisi tersebut lasykar maksudnya para serdadu pengendara truk yang ikut berjuang di zaman perjuangan. Selanjutnya terjaga yang digunakan untuk menggambarkan situasi menunggu seseorang dengan jangka waktu yang sangat lama. Pestol dipakai untuk menggambarkan suatu kebahagiaan yang diharapkan oleh seorang anak.

5.      Gaya Wacana
Gaya wacana yang terdapat dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk menggunakan sarana retorika. Bahasa retorika merupakan bahasa kepuitisan berupa muslihat pikiran. Sarana retorika adalah jenis gaya dan cara tersendiri yang digunakan oleh pengarang dalam melahirkan pikirannya (Pradopo, 2012: 93). Bahasa retorika ini banyak digunakan oleh para penyair dalam menciptakan sajaknya. Sebenarnya digunakan untuk membuat efisien bahasa namun terkadang kata-kata yang digunakan itu berkonotasi berlebihan dan penuh dengan kata yang muluk (WS, 2012: 115)
            Jenis sarana retorika yang terdapat dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk adalah enumerasi. Enumerasi merupakan sarana retorika yang berupa pemecahan suatu hal atau keadaan menjadi beberapa bagian dengan tujuan agar hal itu lebih jelas dan nyata bagi pembaca atau pendengar. Selain itu juga untuk menguatkan suatu pernyataan atau keadaan, dan memeberi intensitas. Seperti pada puisi berikut:
Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga   
Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga :
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'
Pada bait puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk tersebut merupakan enumerasi. Dalam puisi tersebut menunjukkan gambaran suatu situasi di mana peenggambaran  keadaan tersebut dijelaskan secara berurutan sehingga memperjelas pembaca atas situasi yang digambarkan oleh Taufiq Ismail.

PENUTUP
            Gaya bahasa dalam puisi merupakan salah satu usur dari sebuah puisi. Gaya bahasa adalah cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan yang disampaikan penyair dalam menyampaikan ide, perasaan dan pemikirannya dengan menggunakan bahasa yang dibuat sedemikian rupa sehingga tampak indah dan penuh makna. Selain itu terdapat stilistika yang dapat digunakan untuk menganalisis suatu makna yang terdapat dalam puisi. Dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk terdapat tiga aspeknya, yaitu gaya bunyi, gaya kata, dan gaya wacana. Gaya bunyi yang terdapat pada puisi karya Taufiq Ismail tersebut menggunakan gaya bunyi estetis, yaitu gaya bunyi yang berupa gaya ulangan bunyi: asonansi, aliterasi, persajakan, sajak awal, sajak akhir, sajak dalam dan sajak tengah. Gaya kata meliputi etimologi, morfologi, dan semantik. Etimologi meliputi asal-usul kata, penciptaan kata baru. Sedangkan gaya wacana yang terdapat dalam puisi Larut Malam Suara Sebuah Truk menggunakan sarana retorika. Bahasa retorika merupakan bahasa kepuitisan berupa muslihat pikiran. Sarana retorika adalah jenis gaya dan cara tersendiri yang digunakan oleh pengarang dalam melahirkan pikirannya.

DAFTAR RUJUKAN
Depdikbud. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
WS, Hasanuddin. Membaca dan Menilai Sajak: Pengantar Pengkajian dan Interpretasi. Bandung: Angkasa, 2012.
Pradopo, Rachmad Djoko. Pengkaji Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar