Iklan

Rabu, 15 Februari 2017

KISAH HIDUP LIMBO SI KATAK



Di pinggiran danau yang tak jauh dari hutan terlihat sosok kecebong yang sedang berlatih berenang. Ia bernama Limbo. Ia heran kenapa badannya sulit untuk berenang, padahal ikan-ikan yang ada di danau tersebut sangat lincah berenang. Limbo pun tak patah semangat untuk terus mencoba dan mencoba. Sampai akhirnya Limbo bertemu dengan Tonda, ikan kecil yang kebetulan lewat didepannya.
            Tonda: “Hai kamu, kenapa kamu berenang lambat sekali?”
            Limbo: “Aku juga tidak tahu, mungkin ada yang salah denganku”
            Tonda: “Kamu hidup di air tapi kenapa kamu sulit berenang? Apakah kamu sejenis ikan?
            Limbo: “Entahlah, aku juga tidak tahu siapakah aku sebenarnya”
Limbo pun terus memikirkan siapakah jati diri sebenarnya. Tonda merasa kasihan, sampai akhirnya Tonda yang mengajarkan Limbo berenang. Dengan penuh semangat Limbo terus mengikuti apa yang diajarkan Tonda. Limbo ingin membuktikan jika ia adalah penghuni danau yang pantas untuk bertempat tinggal di danau tersebut seperti ikan-ikan yang lain. Dengan tekad pantang menyerahnya, Limbo terus berlatih berenang. Ia pun mulai pandai berenang layaknya ikan-ikan yang ada di danau.
Ketika mereka sedang serius berlatih, tiba-tiba ada seekor ular berenang menuju ke arahnya. Tanpa mereka sadari ular itu telah sampai dibelakannya untuk bersiap memangsa Limbo dan Tonda. Namun bau mulut yang menganga dari ular itu tercium oleh Limbo. Limbo pun memberitahu Tonda dengan sangat pelan.
            Limbo: “Di di dibelakang kita ada ular”. Dengan terbatah-batah.
            Tonda: “Astaga!!, Lalu bagaimana?”
            Limbo: “Dalam hitungan ketiga kita berenang secepat-cepatnya, satu, dua, ti tiga..”
Secepat kilat Limbo dan Tonda berenang. Namun ular terebut merupakan perenang yang tak kalah hebat. Secepat apapun mereka berlari ular itu masih tetap berada di belakannya. Sampai akhirnya Limbo merasa kelelahan.
            Tonda: “Kenapa kamu semakin pelan?” 
            Limbo: “A a aku kelelahan”. Dengan muka pucat
Tonda: “Di situ ada tumpukan ranting pohon, ayo kita bersembunyi disana”. Dengan memaksa Limbo.
Sesampainya di ranting-ranting pohon yang sudah lama tenggelam di danau, merekapun bersembunyi dari kejaran ular. Namun ular yang kelaparan tersebut terus-menerus mengejar Limbo dan Tonda. Limbo merasa sangat ketakutan karena ia sudah tak mampu untuk berenang. lalu Tonda mengajaknya ke dalam ranting-ranting supaya ular tersebut tidak mampu menuju kearahnya. Usaha Limbo dan Tonda tidak sia-sia. Ular yang terus mengejar mereka pun kewalahan dan akhirnya pergi meninggalkan mereka berdua.
            Limbo: “Huft… akhirnya kita aman dari kejaran si ular jelek itu”. Sambil terengah-engah
            Tonda: “Hus, hati-hati ya kalau berbicara, bahaya jika ular itu mendengarnya”.
Sejenak mereka beristirahat di dalam ranting-ranting pohon untuk menghilangkan rasa lelahnya. Ketika rasa lelah sudah hilang merekapun keluar dari ranring pohon. Karena ranting pohon yang sangat lebat mereka pun kesulitan untuk keluar. Mereka kebingungan dan takut karena di dalam ranting-ranting pohon tersebut sangat gelap. Tak lama kemudian mereka melihat bekicot tua yang sedang kesulitan berjalan karena cangkangnya terhimpit ranting. Lalu mereka berdua berhasil melepaskan cangkang bekicot dari ranting pohon.
            Bekicot: “Terimakasih nak sudah mau menyelamatkan kakek tua ini”.
            Limbo  : “Ia kek tidak masalah”. Sambil tersenyum.
            Bekicot: “Kalian berdua kenapa kok bermain-main di dalam ranting-ranting ini?”
Tonda     : “Kami berenang sampai kemari karena menghindar dari kejaran ular, kek”. Sahut Tonda.
Bekicot   : “Emm… begitu rupanya, sekarang kalian coba pejamkan mata”
Limbo dan Tonda pun merasa heran kenapa mereka disuruh memejamkan mata. Namun bekicot tua itu memaksa Limbo dan Tonda untuk memejamkan mata. Setelah bekicot itu menyuruh membuka mata, Limbo dan Tonda tercengang dan heran. Ketika ranting-ranting yang membuatnya tak bisa kembali dengan sekejap menghilang. Ketika mereka hendak berterimakasih, bekicot itu justru menghilang.
Di dalam perjalanan pulang, Limbo terus memikirkan hal itu. Apakah bekicot tua itu benar-benar mempunyai kekuatan atau itu hanya sekedar ilusi. Ia pun ingin sekali bertemu dengan bekicot lagi. Rasa penasarannya yang terus bertanya-tanya membuat Limbo ingin kembali dan mencari bekicot itu. Namun ia merasa jika itu hanya sia-sia karena si bekicot hanya muncul tiba-tiba.
Semakin hari Limbo semakin memperlihatkan kemajuan berenangnya. Ia kecepatan berenangnya sudah tidak kalah dari Tonda. Merekapun berencana mengadakan adu cepat untuk mengetahui siapa yang paling cepat. Pada hari itupun mereka mengadakan adu kecepetan berenang sebagai ajang persahabaan. Ketika sedang sengit-sengitnya mereka beradu kecepatan, tiba-tiba muncul ular yang dulu pernah mengejarnya. Tanpa mereka sadari ular itu membuntutinya dengan tenangnya. Dengan tatapan penuh dendam si ular berjanji di dalam hati untuk bisa memakan keduanya tanpa sisa. Perlombaan menyisakan separuh jalan si ular bersiap menyerang salah satu diantara mereka. Hendak menerkam Limbo, Tonda pun langsung menyadari aksi ular itu.
Limbo: “Kamu lengah kawan, akhirnya aku bisa menyalipmu, hahaha”. Ujarnya dengan tenang.
Tonda: “awaaass…” Hendak mendorong Limbo keluar arena.
Ketika Limbo terhempas, Tonda menghilang bersama ular. Limbo pun takut, cemas, dan kebingungan. Bingung dengan apa yang terjadi. Ia hanya mengingat sahabatnya Tonda menabraknya dari belakang. Sekarang yang ia bisa lihat sekarang adalah sisik ular yang berantakan. Sejenak ia mengingat sisik yang bertebaran dengan kejadian waktu lalu. Ketika ia dan sahabatnya dikejar si jahat ular. Setelah kejadian itu Limbo bersumpah untuk membawa pulang Tonda sahabatnya.
Sejak saat itu Limbo berkelana mencari si bekicot ajaib untuk belajar menjadi hewan yang kuat demi sahabatnya. Ketika malam tiba, Limbo bertemu si bekicot di dalam mimpinya. Ia berpesan untuk teruslah berjalan ke arah barat. Di sepanjang perjalanannya ia bertemu dengan berbagai rintangan. Namun ia tetap tegar menghadapi kesulitannya demi mengembalikan sahabatnya.
Hingga akhirnya ia sampai di kediaman bekicot yang ia percayai memiliki kekuatan magis. Namun tak diumpainya si bekicot sakti tersebut. Ternyata ia sedang bertapa dibelakang rumahnya.
            Bekicot: “Aku sudah mempersiapkan kedatanganmu kemari”
Limbo  : “Terimakasih kek telah menerimaku datang kemari”. Sambil menundukkan kepala”.
Bekicot: “Sebelumnya aku harus mengatakan ini, namun kau harus tetap tegar”.
Limbo  : “Apa iku kek?” Tanya limbo heran.
Bekicot: “Jika niatmu kemari tidak untuk apa yang kamu harapkan, apakah kau bersedia terus melanjutkan?”
Limbo  : “Apa yang anda bicarakan kek, aku sama sekali tidak paham”
Bekicot: “Temanmu telah tiada, dia merelakan nyawanya demi kamu nak”
Limbo hanya terdiam sambil meneteskan air mata. Ia sangat terpukul atas kepergian sahabatnya. Bekicot pun memahami apa yang sedang dirasakan Limbo. Ia membiarkan Limbo menyendiri untuk beberapa hari kedepan sampai kondisinya benar-benar membaik. Hingga pada akhirya Limbo pun telah siap menjalani latihan rutin dengan gurunya, yaitu si bekicot ajaib. Telah banyak ilmu yang Limbo dapatkan, namun ia belum merasa puas tentang apa yang telah ia pelajari. Ia terus merasa kurang-kurang dan kurang. Bekicot pun heran kenapa Limbo merasa tidak pernah puas. Sampai akhirnya si bekecot tahu alasan apa yang membuat Limbo tidak pernah merasa puas tentang apa yang telah ia pelajari, bahkan terbilang haus akan kekuatan.
Bekicot: “Jika kedatanganmu kemari untuk membalas dendam kepada ular, maka aku tidak akan mau untuk memberimu seluruh kekuatanku. Aku tidak mau kekuatan yang telah aku ajarkan hanya digunakan untuk membunuh, meskipun ia telah membunuh sahabatmu.
Limbo  : “Lalu bagaimana caraku untuk memberi pelajaran kepada ular supaya tidak berbuat seenaknya kek?”
Bekicot: “Aku sudah mempersiapkan semuanya”
Limbo masih merasa bingung tentang apa yang direncanakan bekicot, namun ia percaya jika apa yang direncanakan gurunya pasti memiliki tujuan yang baik. Sampai akhirnya Limbo pada tahap latihan yang terakhir. Berdiam diri dan mengingat-ingat tentang apa saja yang sudah ia lakukan. Sampai akhirnya ia masuk kedalam dunia mimpi yang sangat dalam. Dimana kejadian-kejadian yang sudah terjadi muncul kembali. Sehingga Limbo dapat memetik pelajaran tentang apa yang pernah terjadi untuk tidak akan diulangi di kemudian hari. Sampai pada suatu hari ketika Limbo membuka matanya ia pun terkejut. Melihat ekornya yang semakin memendek dan tumbuh dua pasang kaki di depan dan dua pasang kaki di depan.
            Limbo  : “Apa yang telah terjadi padaku kek?” Penuh tanda tanya.
            Bekicot: “Sekarang kamu bisa merasakan bagaimana kehidupan di darat”
            Limbo  : “Apa yang akan aku lakukan di daratan?”
            Bekicot: “Kau akan menemukannya”. Sambil tersenyum.
Semakin hari kaki yang dimiliki Limbo semakin membesar dan pernafasannya pun mulai terganggu. Semenjak saat itu ia sering berenang dipermukaan saja. Hingga akhirnya muncul hidung sebagai alat pernafasan utamanya. Ia pun langsung berpamitan dengan gurunya untuk berpindah alam, yaitu ke daratan. Berhari-hari ia lewati kehidupan barunya tersebut. Dari cara makan, tidur, hingga berjalan yang ia lakukan sangat jauh berbeda dengan waktu kehudupannya di air.
Hingga pada suatu malam yang sunyi, Limbo sedang tertidur di bawah pohon. Tiba-tiba datang seekor ular yang kelaparan sedang menghampirinya. Perlahan ular itu mendekati Limbo dengan sangat berhati-hati. Namun dengan ketajaman pendendengaran yang dimilikinya, Limbo merasakan sesuatu yang mendekatinya. Lalu secepat kilat ular itu menyambarnya. Dengan reflek cepatnya, Limbo melompat keatas dan melakukan serangan balik. Ia meluncurkan serangan pertamanya menggunakan juluran lidah yang tepat mengenai mata ular tersebut. Disaat ular menyembuhkan matanya, Limbo dengan cerdik bersembunyi dibelakang semak-semak tanpa sepengetahuan ular. Baru saat itulah Limbo menyadari bahwa ular tersebut yang telah membunuh sahabatnya. Sempat terlintas di benak Limbo ingin membalaskan dendam sahabatnya, namun ia teringat perkataan dari gurunya untuk tidak memperbolehkannya membunuh siapapun.
Hingga keesokan paginya Limbo menelusuri tempat persembunyian ular tersebut. Ia hanya ingin berbicara baik-baik dengan ular. Ketika Limbo menemukan sebuah gowa, ia penasaran ingin memeriksanya. Tanpa ia sadari ternyata gowa tersebut adalah kediaman ular yang ia cari. Kedatangan Limbo ternyata telah disadari ular sejak awal. Ketika Limbo masuk sekejap ular menutup lubang gowa, berharap Limbo tidak bisa keluar dan menjadi santapan empuk bagi si ular. Dengan cepat ular yang kelaparan itu mematuknya, namun lagi-lagi Limbo berhasil melompat sehingga ular tersebut hanya mematuk batu. Dengan kelincahannya ular merasa kewalahan menangkap Limbo. Namun ular yang terkenal dengan patukannya itu tidak habis-habisnya menyerang Limbo. Hingga pada akhrinya limbo terkena patukan ular itu tepat pada bagian kakinya. Dengan keadaan Limbo yang tak kuat berdiri, si ular merasa bahagia karena pagi itu ia mendapatkan sarapan yang cukup gemuk. Tanpa berfikir panjang ular itu langsung melancarkan serangan terakhirnya. Limbo yang masih bisa bergerak langsung mengeluarkan jurus jurusnya. Jurus yang dilancarkan Limbo akhirnya mengenai lidah si ular hingga akhirnya lidah ular tersebut terbelah menjadi dua.
            Ular     : “Aaaarrghhh…. Lidahku, kau apakan lidahku”?
Limbo   : “Maafkan aku ular, aku tidak bermaksud membelah lidahmu. Aku datang kesini untuk maksud yang baik. Tetapi kamu justru menyerangku tanpa sebab yang pasti.
Ular      : “Apa maksudmu? Aku sedang kelaparan, wajar saja jika aku langsung menyerangmu. Dan lidahku, apakah kau bisa mengembalikan lidahku?”
Limbo   : “Kau menyerang hewan-hewan dengan sekejap, hingga mereka tak menyadari akan kedatanganmu. Apakah kamu sebut itu adil, tidak membiarkan mangsamu berlari dan berjuang menyelamatkan diri sebelum kau santap? Sedangkan kau sendiri tanpa tenaga menyantap mereka? Aku juga tidak bisa mengembalikan lidahmu kembali seperti semula. Itu adalah akibat dari kesalahan dan keserakahanmu. Lidahmu aku sengaja terbelah supaya kau dapat mendesis. Jadi hewan yang akan kau mangsa bisa mendengar desisanmu dan langsung berlari menyelamatkan diri
 Semenjak saat itu lidah ular terbelah menjadi dua hingga saat ini. Dan mereka dapat mengeluarkan bunyi desisan ketika mereka lapar dan melihat mangsa. Jadi mangsa yanh mendengar desisan tersebut bisa langsung melarikan diri. Selain itu katak yang terlahir hidup di air, ketika beranjak dewasa mereka berubah hidup di daratan. Karena pada saat itu sistem pernafasan yang dimiliki anak katak (kecebong) adalah insang, dan berubah menjadi paru-paru ketika sudah berubah menjadi katak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar