PENDAHULUAN
Sebagai makhluk yang hidup di dalam masyarakat dan
selalu melakukan interaksi dengan masyarakat lainnya tentu membutuhkan suatu
alat komunikasi agar bisa saling memahami tentang suatu hal. Apa yang perlu
dipahami? Banyak hal salah satunya adalah tanda. Supaya tanda itu bisa dipahami
secara benar dan sama membutuhkan konsep yang sama supaya tidak terjadi misunderstanding atau salah pengertian.
Namun pada kenyataannya tanda itu tidak selamanya bisa dipahami secara benar
dan sama di antara masyarakat. Setiap orang memiliki interpretasi makna
tersendiri dan tentu saja dengan berbagai alasan yang melatar belakanginya. Ilmu
yang membahas tentang tanda disebut semiotik ( the study of signs). Masyarakat
selalu bertanya apa yang dimaksud dengan tanda? Banyak tanda dalam kehidupan
sehari-hari kita seperti tanda-tanda lalu lintas, tanda -tanda adanya suatu
peristiwa atau tanda -tanda lainnya. Semiotik meliputi studi seluruh tanda
-tanda tersebut sehingga masyarakat berasumsi bahwa semiotik hanya meliputi
tanda -tanda visual (visual sign). Di samping itu sebenarnya masih banyak hal
lain yang dapat kita jelaskan seperti tanda yang dapat berupa gambaran, lukisan
dan foto sehingga tanda juga termasuk dalam seni dan fotografi. Atau tanda juga
bisa mengacu pada kata-kata, bunyi-bunyi dan bahasa tubuh (body language).
Semiotik atau ada yang menyebut dengan semiotika berasal
dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Istilah semeion tampaknya
diturunkan dari kedokteran hipokratik atau asklepiadik dengan perhatiannya pada
simtomatologi dan diagnostik inferensial (Sobur, 2004:95). Tanda pada masa itu
masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Secara terminologis,
semiotik adalah cabang ilmu yang berurusan dengan dengan pengkajian tanda dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang
berlaku bagi tanda (van Zoest, 1993:1). Semiotik merupakan ilmu yang
mempelajari sederetan luas obyek -obyek, peristiwa -peristiwa, seluruh
kebudayaan sebagai tanda. Ahli sastra Teew (1984:6) mendefinisikan semiotik
adalah tanda sebagai tindak komunikasi dan kemudian disempurnakannya menjadi
model sastra yang mempertanggungjawabkan semua faktor dan aspek hakiki untuk
pemahaman gejala susastra sebagai alat komunikasi yang khas di dalam masyarakat
manapun.
PEMBAHASAN
ANALISIS SEMIOTIKA PADA TEATER POLISI
Terdapat lima tokoh pada
drama polisi tesebut yang masing-masing saling bertukar pendapat tentang suatu
masalah. Masalah tersebut adalah kebingungan polisi itu sendiri tentang siapa
yang harus mereka tangkap. Sebab jika para polisi itu tidak dapat menangkap
seseorang mereka akan mendapat hukuman dari atasannya. Karena kebingungan
tersebut mereka terpaksa dan berusaha mencari seseorang untuk mereka tangkap.
Mereka menggunakan suatu alat untuk dapat melihat sesuatu dari jarak yang jauh.
Ketika para polisi tersebut melihat
seseorang yang berdasi mereka berusaha umtuk menangkapnya, namun ternyata orang
berdasi tersebut adalah anak SD, jadi mereka tidak jadi menangkapnya. Mereka
banyak mengincar seseorang namun tetap yang didapat adalah kegagalan. Meskipun
segala cara dan musyawarah telah mereka lakukan namun tetap gagal. Hingga akhirnya
para polisi tersebut menyerah dan merasa tugasnya tersebut terlalu berat.
Datanglah seorang polisi lalulintas yang sedang mengatur jalan raya. Kelima
polisi tersebut hanya melihat apa saja yang dilakukan dan dikerjakan polantas
tersebut. Karena pekerjaan polantas itu hanya mengatur lalu lintas jadi para
polisi tersebut merasa tertarik dan ingin memiliki pekerjaan itu. Namun
ternyata pekerjaan polantas tersebut tidak semudah yang mereka lihat. Lalu
mereka mencari-cari pekerjaan yang menurut mereka mudah. Karena mereka terlalu
lelah untuk itu, jadi beberapa dari mereka mencoba mencari pekerjaan lain yang
jauh dari profesinya, yaitu menjadi koruptor. Lalu mereka ribut dan saling
menyalahkan dan bingung untuk menangkap siapa.
Terdapat beberapa penanda dan petanda pada
drama polisi, anatara lain seperti kata “tangkap-menagkap siapa yang harus di
tangkap”. Maksud dari kata tersebut adalah perbuatan seorang polisi yang sering
menangkap seseorang padahal seharusnya tidak mendapat hukuman. Justru seseorang
yang seharusnya mendapat hukuman berat justru dibebaskan dan tidak mendapatkan
hukuman. Contohnya seseorang yang memiliki uang ketika terkena pelanggaran lalu
lintas, sampai koruptor kelas atas yang nasipnya hanya menjadi bahan pembicaraan
dan tidak ada kepastian hukum. Selain itu ada senjata yang dibawa polisi
tersebut berbeda-beda. Hal tersebut diperumpamakan sifat dari seorang polisi
yang berbeda-beda. Selain itu ada teropong. Maksud dari teropong tersebut
adalah sebuah pandangan seorang polisi tentang cara dia menilai seseorang, baik
dari penampilan, harta, maupun jabatan.
ANALISIS SEMIOTIKA PADA TEATER BUNGA
DOLLY
Pada
teater bunga dolly menceritakan tentang suatu lika-liku perjalanan hidup
seorang anak perempuan. Dulunya dia merupakan seorang anak yang sangat bahagia,
karena hari-harinya selalu bermain bersama dengan kedua orang tuanya. Kasih
sayang dan perhatian selalu dia dapatkan dari orang tuanya. Namun ketika dia
ditinggal mati kedua orang tuanya dengan keadaan masih belum dewasa, dia
dituntut untuk bisa bertahan hidup ditengah kerasnya kehidupan. Namun dia tidak
bisa menjalani hidupnya layaknya orang pada umumnya, dan dia terpaksa menjual
diri untuk memenuhi kehidupannya. Sampai akhirnya dia menikah dan memiliki empat
anak. Namun kehidupannya penuh dengan penderitaan hidup, karena setelah suaminya
meninggal, anak pertamanya diperkosa dan anak keduanya mati bunuh diri, lalu
anak ketiganya dipenjara karena kasus pengedaran narkoba. Dia hanya hidup
sendiri dengan anak bungsunya yang masih kecil. Karena dia tidak memiliki
keahlian khusus jadi terpaksa dia menjual diri lagi untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya dan anak-anaknya. Sebenarnya dia malu akan hal tersebut, karena
desakkan biaya hiduplah yang membuatnya demikian. Sampai akhirnya anak bungsunya pun mengikuti
apa yang telah menjadi pekerjaannya.
Terdapat beberapa penanda dan petanda pada
drama bunga dolly, seperti kotak persegi yang mengurungnya disaat awal
pementasan. Kotak tersebut sebagai petanda bahwa dia dikurung dalam kehidupan
seks yang sudah menjadi pekerjaan pokok. Baginya tidak ada cara lain selain
pekerjaan tersebut yang bisa mendapatkan uang demi kelangsungan hidupnya dan
anaknya. Selain itu terdapat pita yang meliliti tubuhnya. Pita tersebut
diibaratkan sebagai harga diri yang dimilikinya, sebab semakin hari semakin
habis karena banyaknya permintaan laki-laki terhadpnya. Hingga akhirnya habis
sudah harga dirinya, sampai dia hanya dihargai dua puluh ribu oleh tukang
becak. Selain itu baju yang dipakainya yang semakin hari semakin terlepas. Itu
juga menandakan suatu harga diri yang dia miliki. Penanda selanjutnya adalah
bentuk bunga dan lingkaran yang terdapat di empat tiang. Arti dari simbol
tersebut adalah area, kawasan, atau daerah tempat yang digunakan para PSK
melayani pelanggannya dan selain itu juga sebagai tanda keberadaannya. Yang
terakhir adalah seorang anak yang tidak diperhatikan ibunya namun setelah
mengikuti profesi ibnunya dia justru mendapat perhatian. Maksud dari hal
tersebut adalah ketika seorang ibu sibuk dengan segala urusannya mungkin sampai
lupa akan kewajibannya sebagai pemberi kasih sayang kepada anak. Lalu
sebaliknya, dalam cerita tersebut jika seorang anak sudah mulai dewasa dan
memiliki pekerjaan justru seorang ibu merasa bangga dengan apa yang telah
dilakukan anaknya. Selain itu karena sang anak melakukan apa yang telah
dilakukan ibunya ia beranggapan apa yang dilakukannya benar, karena apapun yang
dilakukan seorang ibu itu pasti yang terbaik.
PENUTUP
Cerita yang terdapat
dalam teater tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan pendekatan semiotika, yaitu
dicari penanda dan unsur yang menandainya. Semiotika sendiri dapat dicari tidak
hanya dalam sebuah teater, tetapi bisa juga dalam bentuk teks sastra, teks
non-sastra, dan bahkan kehidupan langsung. Dengan tujuan mencari segala sesuatu
yang berhubungan dengan suatu sistem dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu semiotika
sendiri juga juga dapat mengetahui makna atau pesan dan kesan dalam sebuah
video, iklan, teks sastra, dan sebagainya. Pendekatan dalam
analisis taeter adalah pendekatan semiotik antara penanda dan petanda yang
kajiannya dikaitkan dengan masalah ekspresi, manusia, bahasa, situasi, isyarat,
stilistika, dan sebagainya.
Pada kedua teater tersebut dijelaskan bahwa
semiotika berguna dengan cabang ilmu lainnya seperti sosiologi, psikologi, antropologi,
filsafat, dan sebagainya. Terutama Pada teater
yang kedua yaitu bunga dolly, jalas terlihat bahwa cerita tersebut sangat
terhubung pada cabang ilmu sosiologi. Karena inti dari cerita tersebut mengarah
ke kehidupan pribadi seorang perempuan dan bagaimana cara dia melewati masa
sulit dalam menjalani sebuah kehidupan. Dari kedua teater tersebut telah
dibahas dan dapat ditemikan unsur semiotikanya bergantung dari isi ceritanya
tersebut.
DAFTAR RUJUKAN
Sobur,
Alex, Analisis Teks Media (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004)
Van Zoest, Aart, Semiotika: Tentang Tanda, Cara Kerjanya dan Apa yang
kita Lakukan
Dengannya
(Jakarta: Yayasan Sumber Agung,
1993)
Teew,
A., Khasanah Sastra Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1984)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar