Iklan

Kamis, 16 Februari 2017

KAIDAH ISTILAH BERDASARKAN PEDOMAN UMUM PEMBENTUKAN ISTILAH EDISI KETIGA CETAKAN KEEMPAT TAHUN 2007



1.             PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Perubahan tatanan kehidupan dunia yang baru telah mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat. Seluruh kehidupan masyarakat mengalami perubahan, terutama mengarah pada persiapan memasuki tatanan baru tersebut.  Penggunaan bahasa asing, terutama bahasa Inggris, telah mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, perkembangan kosakata atau istilah bahasa Indonesia juga perlu diperhatikan. Kosakata atau istilah bahasa asing masuk ke dalam bahasa Indonesia bersama dengan masuknya ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan kebudayaan juga masuk ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Berbagai perubahan itu perlu ditampung dalam proses pengalihan kosakata khususnya istilah bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Untuk itu, pedoman pembentukan istilah perlu ditinjau kembali. Pedoman Umum Pembentukan Istilah atau disingkat PUPI dapat digunakan sebagai panduan dalam mempelajari kaidah-kaidah istilah khususnya bahasa Indonesia. Dengan menggunakan pedoman ini dapat digunakan sebagai pemahaman kaidah istilah.
Kaidah dalam KBBI merupakan rumusan asas-asas yang menjadi hukum. Kaidah (Saputra:2007) dapat diartikan sebagai aturan yang mengatur perilaku manusia dan perilaku kehidupan bermasyarakat. Sedangkan istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang dan yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Jadi, kaidah istilah adalah perangkat asas dan ketentuan pembentukan istilah serta kumpulan istilah yang dihasilkannya.
Istilah dalam bahasa Indonesia dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu istilah umum dan istilah khusus. Istilah umum adalah istilah yang berasal dari bidang tertentu karena dipakai secara luas sehingga menjadi unsur kosakata umum. Misalnya anggaran belanja, penilaian, nikah, daya, radio, takwa, dan lain-lain. sedangkan istilah khusus merupakan istilah yang maknanya terbatas pada bidang tertentu saja, misal pada kata diagnosis, pidana, apendektomi, bipatride, kurtosis, pleistosen, dan lain-lain.
Pembentukan istilah juga perlu memperhatikan persyaratan dalam pemanfaatan kosakata bahasa Indonesia. Persyaratan tersebut meliputi (a) istilah yang dipilih merupakan kata atau frasa yang paling tepat untuk mengungkapkan konsep termaksud dan yang tidak menyimpang dari makna itu, (b) istilah yang dipilih merupakan kata atau frasa yang paling singkat diantara pilihan yang tersedia yang mempunyai rujukan sama. (c) Istilah yang dipilih merupakan kata atau frasa yang bernilai rasa (konotasi) baik. (d) Istilah yang dipilih merupakan kata atau frasa yang sedap di dengar (eufonik), dan (e) istilah yang dipilih merupakan kata atau frasa yang bentuknya seturut kaidah bahasa Indonesia.
Proses pembentukan istilah perlu diperhatikan dalam memahami kaidah istilah. Proses pembentukan istilah dalam PUPI diklasifikasikan menjadi tujuh bagian. Makalah ini disusun untuk membahas beberapa proses pembentukan istilah berdasarkan Pedoman Umum Pembentukan Istilah edisi ketiga, cetakan keempat tahun 2007.

1.2         Rumusan Masalah
1.             Apa saja macam-macam proses pembentukan istilah berdasarkan Pedoman Umum Pembentukan Istilah?
2.             Bagaimana proses pembentukan istilah berdasarkan Pedoman Umum Pembentukan Istilah?

1.3         Tujuan
1.             Mengetahui dan memahami macam-macam proses pembentukan istilah berdasarkan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
2.             Mengetahui dan memahami proses pembentukan istilah berdasarkan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.


2.             PEMBAHASAN
Pembahasan dalam makalah ini akan menguraikan macam-macam proses pembentukan istilah dan prosesnya berdasarkan Pedoman Umum Penbentukan Istilah.

2.1         Macam-Macam Proses Pembentukan Istilah
Berdasarkan PUPI macam-macam proses pembentukan istilah diklasifikasikan menjadi tujuh bagian. Tujuh bagian tersebut meliputi (1) Konsep Ilmu Pengetahuan dan Peristilahannya, (2) Bahan Baku Istilah Indonesia, (3) Pemantapan Istilah Nusantara, (4) Pemadanan Istilah, (5) Perekaciptaan Istilah, (6) Pembakuan dan Kodifikasi Istilah, dan (7) Bagan Prosedur Pembakuan Istilah. Proses pembentukan istilah pertama sampai bagian keempat akan diuraikan pada subbab berikut ini.

2.2         Proses Pembentukan Istilah
Keempat proses pembentukan istilah berdasarkan Pedoman Umum Pembentukan Istilah diuraikan sebagai berikut.
1.             Konsep Ilmu Pengetahuan dan Peristilahannya
Upaya kecendekiaan ilmuwan (scientist) dan pandit (scholar) telah dan terus menghasilkan konsep ilmiah, yang pengungkapannya dituangkan dalam perangkat peristilahan. Ada istilah yang sudah mapan dan ada pula istilah yang masih perlu diciptakan. Konsep ilmiah yang sudah dihasilkan ilmuwan dan pandit Indonesia dengan sendirinya mempunyai istilah yang mapan. Akan tetapi, sebagian besar konsep ilmu pengetahuan modern yang dipelajari, digunakan, dan dikembangkan oleh pelaku ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia datang dari luar negeri dan sudah dilambangkan dengan istilah bahasa asing. Di samping itu, ada kemungkinan bahwa kegiatan ilmuwan dan pandit Indonesia akan mencetuskan konsep ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang sama sekali baru sehingga akan diperlukan penciptaan istilah baru.

2.             Bahan Baku Istilah Indonesia
Tidak ada satu bahasa pun yang sudah memiliki kosakata yang lengkap dan tidak memerlukan ungkapan untuk gagasan, temuan, atau rekacipta yang baru. Bahasa Inggris yang kini dianggap bahasa internasional utama, misalnya, pernah menyerap kata dan ungkapan dari bahasa Yunani, Latin, Prancis, dan bahasa lain, yang jumlahnya hampir tiga perlima dari seluruh kosakatanya. Sejalan dengan itu, bahan istilah Indonesia diambil dari berbagai sumber, terutama dari tiga golongan bahasa yang penting, yakni (1) bahasa Indonesia, termasuk unsur serapannya, dan bahasa Melayu, (2) bahasa Nusantara yang serumpun, termasuk bahasa Jawa Kuno, dan (3) bahasa asing, seperti bahasa Inggris dan bahasa Arab.

3.             Pemantapan Istilah Nusantara
Istilah yang mengungkapkan konsep hasil galian ilmuwan dan pandit Indonesia, seperti bhinneka tunggal ika, batik, banjar, sawer, gunungan, dan pamor, telah lama diterima secara luas sehingga dapat dimantapkan dan hasilnya dikodifikasi.

4.             Pemadanan Istilah
Pemadanan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia dilakukan lewat penerjemahan, penyerapan, atau gabungan penerjemahan dan penyerapan. Demi keseragaman, sumber rujukan yang diutamakan ialah istilah Inggris yang pe- makaiannya bersifat internasional karena sudah dilazimkan oleh para ahli dalam bidangnya. Penulisan istilah serapan itu dilakukan dengan atau tanpa penyesuaian ejaannya berdasarkan kaidah fonotaktik, yakni hubungan urutan bunyi yang diizinkan dalam bahasa Indonesia. Pemadanan istilah dikelompokkan sebagai berikut.
1)   Penerjemahan
a.         Penerjemahan Langsung
Istilah Indonesia dapat dibentuk melalui penerjemahan berdasarkan kesesuaian makna tetapi bentuknya tidak sepadan.
Misalnya:
Supermarket                pasar swayalan
                Merger                       gabungan usaha
Penerjemahan dapat pula dilakukan berdasarkan kesesuaian bentuk dan makna.
Misalnya:
Bonded zone                kawasan berikat
Skyscraper                   pencakar langit

Penerjemahan istilah asing memiliki beberapa keuntungan. Selain memperkaya kosakata Indonesia dengan sinonim, istilah terjemahan juga meningkatkan daya ungkap bahasa Indonesia. Jika timbul kesulitan dalam penyerapan istilah asing yang bercorak Anglo-Sakson karena perbedaan antara lafal dan ejaannya, penerjemahan merupakan jalan keluar terbaik. Dalam pembentukan istilah lewat penerjemahan perlu diperhatikan pedoman berikut ini.

a)         Penerjemahan tidak harus berasas satu kata diterjemahkan dengan satu kata.
Misalnya:
                   Psychologist                ahli psikologi
                   Medical practitioner    dokter

b)        Istilah asing dalam bentuk positif diterjemahkan ke dalam istilah Indonesia bentuk positif, begitu pula sebaliknya.
Misalnya:
                   Bound form                 bentuk terikat (bukan bentuk takbebas)
                   Illiterature                   niraksara
                   Inorganic                     takorganik

c)         Kelas kata istilah asing dalam penerjemahan sedapat-dapatnya dipertahankan pada istilah terjemahannya.
Misalnya:
                   Merger (nomina)                     gabung usaha (nomina)
                   Transparent (adjektiva)          bening (adjektiva)
(to) filter (verba)                      menapis (verba)
d)        Dalam penerjemahan istilah asing dengan bentuk plural, pemarkah kejamakannya ditanggalkan pada istilah Indonesia.
Misalnya:
                   Alumni                                    lulusan
                   Master of ceremonies              pengatur acara
                   Charge d’affaires                    kuasa usaha

b.         Penerjemahan dengan Perekaan
Adakalanya upaya pemadanan istilah asing perlu dilakukan dengan menciptakan istilah baru. Istilah factoring, misalnya, sulit diterjemahkan atau diserap secara utuh. Dalam kosakata bahasa Indonesia atau Melayu terdapat bentuk anjak dan piutang yang menggambarkan pengalihan hak menagih hutang. Lalu, direka istilah anjak piutang sebagai padanan istilah factoring. Begitu pula pemadanan catering menjadi jasa boga dan investation menjadi rekacipta diperoleh melalui penerjemahan dengan perekaan.

2)   Penyerapan
a.         Penyerapan Istilah
Penyerapan istilah asing untuk menjadi istilah Indonesia dilakukan berdasarkan hal-hal berikut.
a)         Istilah asing yang akan diserap meningkatkan ketersalinan bahasa asing dan bahasa Indonesia secara timbal balik (intertranslatability) mengingat keperluan masa depan.
b)        Istilah asing yang akan diserap mempermudah pemahaman teks asing oleh pembaca Indonesia karena dikenal lebih dahulu.
c)         Istilah asing yang akan diserap lebih ringkas jika dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya.
d)        Istilah asing yang akan diserap mempermudah kesepakatan antarpakar jika padanan terjemahannya terlalu banyak sinonim.
e)         Istilah asing yang akan diserap lebih cocok dan tepat karena tidak mengandung konotasi buruk.
Proses penyerapan istilah asing, dengan mengutamakan bentuk visualnya, dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a)         Penyerapan dengan penyesuaian ejaan dan lafal
Misalnya:
                   Camera.......                kamera
                   Microphone.......          mikrofon
                   System                         sistem

b)        Penyerapan dengan penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian lafal
Misalnya:
                   Design                         desain
                   File                              fail
                   Science                        sains

c)         Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan, tetapi dengan penyesuaian lafal
Misalnya:
                   Bias                             bias
Nasal                           nasal
Radar (radio detecting and ranging) radar

d)        Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan dan lafal
(a)      Penyerapan istilah asing tanpa penyesuaian ejaan dan lafal dilakukan jika ejaan dan lafal istilah asing itu tidak berubah dalam banyak bahasa modern, istilah itu dicetak dengan huruf miring.
Misalnya:
                 Allegro moderato                    divide et impera
                 Aufklarung                              dulce et utile
                 Status quo                                in vitro
                 Esprit de corps                        vis-a-vis

(b)      Penyerapan istilah tanpa penyesuaian ejaan dan lafal dilakukan jika istilah itu juga dipakai secara luas dalam kosakata umum, istilah itu tidak ditulis dengan huruf miring (dicetak dengan huruf tegak).
Misalnya:
                 Golf                 golf
                 Internet            internet
                 Lift                   lift
                 Orbit                orbit

b.         Penyerapan Afiks dan Bentuk Terikat Istilah Asing
a)         Penyesuaian Ejaan Prefiks dan Bentuk Terikat
Prefiks asing yang bersumber pada bahasa Indo-Eropa dapat dipertimbangkan pemakaiannya di dalam peristilahan Indonesia setelah disesuaikan ejaannya. Prefiks asing itu, antara lain:
a-, ab-, abs- (‘dari’, ‘menyimpang dari’, ‘menjauhkan dari’) tetap a-, ab-, abs-
                   amoral                         amoral
                   abnormal                     abnormal
                   abstract                       abstrak

a-, an- (‘tidak, bukan, tanpa’) tetap a-, an-
                   anemia                        anemia
                   aphasia                        afasia
                   aneurysm                     aneurisme

ad-, ac- (‘ke’, ‘berdekatan dengan’, ‘melekat pada’) menjadi ad-, ak-
                   adhesion                      adhesi
                   acculturation               akulturasi

am-, amb- (‘sekeliling’, ‘keduanya’) tetap am-, amb-
                   ambivalence                ambivalensi
                   amputation                  amputasi

ana-, an- (‘ke atas’, ‘ke belakang’, ‘terbalik’) tetap ana-, an-
anabolism                    anabolisme
anatropous                  anatrop

ante- (‘sebelum’, ‘depan’) tetap ante-
                   antediluvian                 antediluvian
                   anterior                       anterior
anti-, ant- (‘bertentangan dengan’) tetap anti-, ant-
anticatalyst                  antikatalis
anticlinal                     antiklinal
antacid                        antacid
apo- (lepas, terpisah’, ‘berhubungan dengan’) tetap apo-
apochromatic              apokromatik
apomorphine               apomorfin
aut-, auto- (‘sendiri’, ’bertindak sendiri’) tetap aut-, auto-
 autarky                       autarki
autostrada               autostrada
bi- (‘pada kedua sisi’, ‘dua’) tetap bi-
biconvex                  bikonveks
bisexual                       biseksual
cata- (‘bawah’, ‘sesuai dengan’) menjadi kata-
cataclysm                     kataklisme
catalyst             katalis
co-, com-, con- (‘dengan’, ‘bersama-sama’, ‘berhubungan dengan’) menjadi ko-, kom-, kon-
coordination                koordinasi
commission                  komisi
concentrate                  konsentrat
contra- (menentang’, ‘berlawanan’) menjadi kontra-
contradiction                kontradiksi
contraindication           kontraindikasi
de- (memindahkan’, mengurangi’) tetap de-
dehydration                  dehidrasi
devaluation                  devaluasi
di- (‘dua kali’, mengandung dua…’) tetap di-
dichloride                    diklorida
dichromatic                 dikromatik


dia- (melalui’, melintas’) tetap dia-
diagonal                      diagonal
diapositive                   diapositif
dis- ( ‘ketiadaan’, tidak’) tetap dis-
disequilibrium             disekuilibrium
disharmony                 disharmoni
eco- (lingkungan’) menjadi eko-
ecology                        ekologi
ecospecies                    ekospesies
em-, en- (‘dalam’, ‘di dalam’) tetap em-, en-
empathy                       empati
encenphaliti                 sensenfalitis
endo- (‘di dalam’) tetap endo-
endoskeleton                endoskeleton
endothermal                endotermal
epi- (‘di atas’, ‘sesudah’) tetap epi-
epigone                        epigon
epiphyte                       epifit
ex- (sebelah luar’) menjadi eks-
exclave                         eksklave


exclusive                      eksklusif
exo-, ex- (‘sebelah luar’, ‘mengeluarkan’) menjadi ekso-, eks-
exoergic                       eksoergik
exogamy                      eksogami
extra- (‘di luar’) menjadi ekstra-
extradition                   ekstradisi
extraterrestrial ekstraterestrial
hemi- (separuh’, setengah’) tetap hemi-
hemihedral               hemihedral
hemisphere                  hemisfer
hemo- (‘darah’) tetap hemo-
hemoglobin                  hemoglobin
hemolysis                     hemolisis
hepta- (tujuh’, ‘mengandung tujuh…’) tetap hepta-
heptameter                   heptameter
heptarchy                     heptarki
hetero- (lain’, berada’) tetap hetero-
heterodox                     heterodoks
heterophyllous             heterofil
hexa- (‘enam’, mengandung enam…’) menjadi heksa-
hexachloride                heksaklorida


hexagon                       heksagon
hyper- (‘di atas’, ‘lewat’, super’) menjadi hiper-
hyperemia                    hiperemia
hypersensitive              hipersensitif
hypo- (‘bawah’, ‘di bawah’) menjadi hipo-
hipoblast                      hipoblas
hypochondria              hipokondria
im-, in-, il- (‘tidak’, ‘di dalam’, ‘ke dalam’) tetap im-, in-, il-
immigration                 imigrasi
induction                      induksI
illegal                           ilegal
infra- (‘bawah’, ‘di bawah’, ‘di dalam’) tetap infra-
infrasonic                     infrasonik
infraspecific                 infraspesifik
inter- (‘antara’, saling’) tetap inter-
interference                  interferensi
international                internasional
intra- (‘di dalam’, ‘di antara’) tetap intra-
intradermal                  intradermal
intracell                       intrasel
intro- (‘dalam’, ‘ke dalam’) tetap intro-


introjections                 introjeksi
introvert                       introvert
iso- (‘sama’) tetap iso-
isoagglutinin                isoaglutinin
isoenzyme                    isoenzim
meta- (sesudah’, ‘berubah’, ‘perubahan’) tetap meta-
metamorphosis            metamorfosis
metanephros                metanefros
mono- (‘tunggal’, mengandung satu’) tetap mono-
monodrama                 monodrama
monoxide                     monoksida
pan-, pant/panti- (semua’, ‘keseluruhan’) tetap pan-, pant/panto-
panacea                       panasea
pantisocracy                pantisokrasi
pantograph                  pantograf
para- (‘di samping’, ‘erat berhubungan dengan’, ‘hampir’) tetap para-
paraldehyde                 paraldehida
parathyroid                  paratiroid
penta- (lima’, mengandung lima’) tetap penta-
pentahedron                pentahedron
pentane                        pentane


peri- (sekeliling’, ‘dekat’, melingkupi’) tetap peri-
perihelion                    perihelion
perineurium                 perineurium
poly- (‘banyak’, ‘berkelebihan’) menjadi poli-
polyglotism                  poliglotisme
polyphagia                   polifagia
pre- (‘sebelum’, sebelumnya, ‘di muka’) tetap pre-
preabdomen                preabdomen
 premature                   premature
pro- (sebelum’, ‘di depan’) tetap pro-
prothalamion               protalamion
prothorax                     protoraks
proto- (‘pertama’, mula-mula’) tetap proto-
protolithic                    protolitik
prototype                     prototipe
pseudo-, pseudo- (‘palsu’) tetap pseudo-, pseudo-
pseudomorph               pseudomorf
pseudepigraphy           pseudepigrafi
quasi- (‘seolah-olah’, ‘kira-kira’) menjadi kuasi-
quasi-historical         kuasihistoris
quasi-legislative           kuasi-legislatif


re- (‘lagi’, ‘kembali’) tetap re-
reflection                      refleksi
rehabilitation               rehabilitasi
retro- (‘ke belakang’, terletak di belakang’) tetap retro-
retroflex                       retrofleks
retroperitoneal retroperitoneal
semi- (‘separuhnya, sedikit banyak’, sebagian’) tetap semi-
semifinal                      semifinal
semipermanent            semipermanen
sub- (‘bawah’, ‘di bawah’, ‘agak’, ‘hampir’) tetap sub-
subfossil                       subfosil
submucosa                   submukosa
super-, sur- (‘lebih dari’, ‘berada di atas’) tetap super-, sur-
superlunar                   superlunar
supersonic                   supersonik
surrealism                    surealisme
supra- (‘unggul’, ‘melebihi’) tetap supra-
supramolecular           supramolekular
suprasegmental           suprasegmental
syn- (‘dengan’, ‘bersama-sama’, ‘pada waktu’) menjadi sin-
syndesmosis                 sindesmosis
synesthesia                   sinestesia
tele- (jauh’, ‘melewati’, jarak’) tetap tele-
telepathy                      telepati
telescope                      teleskop
trans- (‘ke/di seberang’, ‘lewat’, mengalihkan’) tetap trans-
transcontinental           transkontinental
transliteration              transliterasi
tri- (tiga’) tetap tri-
trichromat                    trikromat
tricuspid                       tricuspid
ultra- (melebihi’, super’) tetap ultra-
ultramodern                 ultramodern
ultraviolet                    ultraviolet

uni- (satu’, tunggal’) tetap uni-
unicellular                   uniseluler
unilateral                     unilateral

3.             PENUTUP
3.1         Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa macam-macam proses pembentukan istilah dalam Pedoman Umum Pembentukan Istilah terdapat tujuh bagian, antara lain konsep ilmu pengetahuan dan peristilahannya, bahan baku istilah Indonesia, pemantapan istilah nusantara, pemadanan istilah, perekaciptaan istilah, pembakuan dan kodifikasi istilah, dan bagan prosedur pembakuan istilah.
Proses-proses pembentukan istilah yang dibahas dalam makalah ini meliputi konsep ilmu pengetahuan dan peristilahannya, bahan baku istilah Indonesia, pemantapan istilah nusantara, dan pemadanan istilah. Pemadanan istilah diklasifikasikan menjadi dua bagian lagi yang meliputi penerjemahan dan penyerapan. Dalam penerjemahan dikelompokkan menjadi dua macam yaitu penerjemahan langsung dan penerjemahan rekaan. Sedangkan dalam penyerapan dikelompokkan menjadi dua macam antara lain penyerapan istilah dan penyerapan afiks dan bentuk terikat istilah asing. Penyerapan afiks dan bentuk terikat istilah asing memiliki beberapa bagian salah satunya ialah penyesuaian ejaan prefiks dan bentuk terikat.

3.2         Saran
Beberapa saran terkait materi serta dalam pembuatan makalah ini, yaitu, pertama, pemaparan kaidah istilah terutama dalam proses pembentukan istilah diharapkan mampu menambah atau memahami kaidah-kaidah istilah bahasa Indonesia dan mengetahui proses-proses yang terjadi dalam pembentukan istilah. Kedua, pemaparan proses pembentukan istilah diharapkan mampu membantu pemahaman bagi masyarakat yang telah mengalami perubahan, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi maupun budaya. Ketiga, diharapkan kajian yang dibahas dalam makalah ini dapat dijadikan alternatif dalam pemahaman kaidah istilah khususnya pada proses pembentukan istilah.


Daftar Rujukan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah. 2007. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Saputra, Lukman Surya.2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: PT Surya Purna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar