1.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Perubahan tatanan kehidupan dunia
yang baru telah mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat. Seluruh kehidupan
masyarakat mengalami perubahan, terutama mengarah pada persiapan memasuki
tatanan baru tersebut. Penggunaan bahasa
asing, terutama bahasa Inggris, telah mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Dengan demikian, perkembangan kosakata atau istilah bahasa
Indonesia juga perlu diperhatikan. Kosakata atau istilah bahasa asing masuk ke
dalam bahasa Indonesia bersama dengan masuknya ilmu pengetahuan dan teknologi,
bahkan kebudayaan juga masuk ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Berbagai
perubahan itu perlu ditampung dalam proses pengalihan kosakata khususnya
istilah bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Untuk itu, pedoman pembentukan
istilah perlu ditinjau kembali. Pedoman
Umum Pembentukan Istilah atau disingkat PUPI
dapat digunakan sebagai panduan dalam mempelajari kaidah-kaidah istilah
khususnya bahasa Indonesia. Dengan menggunakan pedoman ini dapat digunakan
sebagai pemahaman kaidah istilah.
Kaidah
dalam KBBI merupakan rumusan asas-asas yang menjadi hukum. Kaidah (Saputra:2007)
dapat diartikan sebagai aturan yang mengatur perilaku manusia dan perilaku kehidupan
bermasyarakat. Sedangkan istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai
nama atau lambang dan yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Jadi, kaidah istilah adalah perangkat asas dan
ketentuan pembentukan istilah serta kumpulan istilah yang dihasilkannya.
Istilah dalam bahasa Indonesia
dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu istilah umum dan istilah khusus. Istilah
umum adalah istilah yang berasal dari bidang tertentu karena dipakai secara
luas sehingga menjadi unsur kosakata umum. Misalnya anggaran belanja,
penilaian, nikah, daya, radio, takwa, dan lain-lain. sedangkan istilah khusus
merupakan istilah yang maknanya terbatas pada bidang tertentu saja, misal pada
kata diagnosis, pidana, apendektomi, bipatride, kurtosis, pleistosen, dan
lain-lain.
Pembentukan
istilah juga perlu memperhatikan persyaratan dalam pemanfaatan kosakata bahasa
Indonesia. Persyaratan tersebut meliputi (a) istilah yang dipilih merupakan
kata atau frasa yang paling tepat untuk mengungkapkan konsep termaksud dan yang
tidak menyimpang dari makna itu, (b) istilah yang dipilih merupakan kata atau
frasa yang paling singkat diantara pilihan yang tersedia yang mempunyai rujukan
sama. (c) Istilah yang dipilih merupakan kata atau frasa yang bernilai rasa
(konotasi) baik. (d) Istilah yang dipilih merupakan kata atau frasa yang sedap
di dengar (eufonik), dan (e) istilah yang dipilih merupakan kata atau frasa
yang bentuknya seturut kaidah bahasa Indonesia.
Proses
pembentukan istilah perlu diperhatikan dalam memahami kaidah istilah. Proses pembentukan
istilah dalam PUPI diklasifikasikan menjadi tujuh bagian. Makalah ini disusun
untuk membahas beberapa proses pembentukan istilah berdasarkan Pedoman Umum Pembentukan Istilah edisi
ketiga, cetakan keempat tahun 2007.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Apa saja macam-macam proses
pembentukan istilah berdasarkan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah?
2.
Bagaimana proses
pembentukan istilah berdasarkan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah?
1.3
Tujuan
1.
Mengetahui dan memahami
macam-macam proses pembentukan istilah berdasarkan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
2.
Mengetahui dan memahami
proses pembentukan istilah berdasarkan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah.
2.
PEMBAHASAN
Pembahasan dalam
makalah ini akan menguraikan macam-macam proses pembentukan istilah dan
prosesnya berdasarkan Pedoman Umum Penbentukan
Istilah.
2.1
Macam-Macam
Proses Pembentukan Istilah
Berdasarkan
PUPI macam-macam proses pembentukan istilah diklasifikasikan menjadi tujuh
bagian. Tujuh bagian tersebut meliputi (1) Konsep Ilmu Pengetahuan dan
Peristilahannya, (2) Bahan Baku Istilah Indonesia, (3) Pemantapan Istilah
Nusantara, (4) Pemadanan Istilah, (5) Perekaciptaan Istilah, (6) Pembakuan dan
Kodifikasi Istilah, dan (7) Bagan Prosedur Pembakuan Istilah. Proses
pembentukan istilah pertama sampai bagian keempat akan diuraikan pada subbab
berikut ini.
2.2
Proses
Pembentukan Istilah
Keempat
proses pembentukan istilah berdasarkan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah diuraikan sebagai berikut.
1.
Konsep Ilmu Pengetahuan
dan Peristilahannya
Upaya
kecendekiaan ilmuwan (scientist) dan pandit (scholar) telah dan terus
menghasilkan konsep ilmiah, yang pengungkapannya dituangkan dalam perangkat
peristilahan. Ada istilah yang sudah mapan dan ada pula istilah yang masih
perlu diciptakan. Konsep ilmiah yang sudah dihasilkan ilmuwan dan pandit Indonesia dengan sendirinya mempunyai istilah yang mapan. Akan tetapi, sebagian besar konsep
ilmu pengetahuan modern yang dipelajari, digunakan, dan dikembangkan oleh pelaku ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia
datang dari luar negeri dan sudah dilambangkan dengan istilah bahasa asing. Di samping itu, ada kemungkinan bahwa kegiatan ilmuwan dan pandit Indonesia akan mencetuskan konsep ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang sama sekali baru sehingga akan diperlukan penciptaan istilah baru.
2.
Bahan Baku Istilah
Indonesia
Tidak ada satu bahasa pun yang sudah memiliki kosakata yang lengkap dan tidak memerlukan ungkapan untuk gagasan, temuan, atau rekacipta yang baru.
Bahasa Inggris yang kini dianggap bahasa
internasional utama, misalnya, pernah menyerap kata dan ungkapan dari bahasa
Yunani, Latin, Prancis, dan bahasa lain, yang jumlahnya hampir tiga perlima dari seluruh kosakatanya. Sejalan dengan itu, bahan istilah Indonesia diambil dari
berbagai sumber, terutama dari tiga
golongan bahasa yang penting, yakni (1) bahasa
Indonesia, termasuk unsur serapannya, dan bahasa
Melayu, (2) bahasa
Nusantara yang serumpun, termasuk bahasa
Jawa
Kuno, dan (3) bahasa asing, seperti bahasa Inggris dan bahasa
Arab.
3.
Pemantapan Istilah
Nusantara
Istilah yang mengungkapkan konsep hasil galian ilmuwan dan
pandit Indonesia, seperti
bhinneka tunggal ika,
batik, banjar, sawer, gunungan, dan pamor,
telah lama diterima secara
luas sehingga dapat dimantapkan dan
hasilnya dikodifikasi.
4.
Pemadanan Istilah
Pemadanan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia dilakukan
lewat penerjemahan, penyerapan, atau gabungan penerjemahan dan penyerapan. Demi keseragaman, sumber rujukan
yang diutamakan ialah istilah Inggris yang pe-
makaiannya bersifat internasional karena
sudah dilazimkan oleh para
ahli dalam bidangnya.
Penulisan istilah serapan
itu dilakukan dengan atau tanpa penyesuaian ejaannya berdasarkan
kaidah fonotaktik, yakni hubungan urutan bunyi yang diizinkan dalam bahasa Indonesia. Pemadanan istilah
dikelompokkan sebagai berikut.
1) Penerjemahan
a.
Penerjemahan Langsung
Istilah
Indonesia dapat dibentuk melalui penerjemahan berdasarkan kesesuaian makna
tetapi bentuknya tidak sepadan.
Misalnya:
Supermarket
pasar
swayalan
Merger gabungan usaha
Penerjemahan
dapat pula dilakukan berdasarkan kesesuaian bentuk dan makna.
Misalnya:
Bonded
zone kawasan
berikat
Skyscraper
pencakar
langit
Penerjemahan
istilah asing memiliki beberapa keuntungan. Selain memperkaya kosakata
Indonesia dengan sinonim, istilah terjemahan juga meningkatkan daya ungkap
bahasa Indonesia. Jika timbul kesulitan dalam penyerapan istilah asing yang
bercorak Anglo-Sakson karena perbedaan antara lafal dan ejaannya, penerjemahan
merupakan jalan keluar terbaik. Dalam pembentukan istilah lewat penerjemahan
perlu diperhatikan pedoman berikut ini.
a)
Penerjemahan tidak
harus berasas satu kata diterjemahkan dengan satu kata.
Misalnya:
Psychologist
ahli psikologi
Medical practitioner dokter
b)
Istilah asing dalam
bentuk positif diterjemahkan ke dalam istilah Indonesia bentuk positif, begitu
pula sebaliknya.
Misalnya:
Bound form bentuk terikat (bukan bentuk
takbebas)
Illiterature niraksara
Inorganic takorganik
c)
Kelas kata istilah
asing dalam penerjemahan sedapat-dapatnya dipertahankan pada istilah terjemahannya.
Misalnya:
Merger (nomina)
gabung usaha (nomina)
Transparent (adjektiva)
bening (adjektiva)
(to) filter (verba) menapis (verba)
d)
Dalam penerjemahan
istilah asing dengan bentuk plural, pemarkah kejamakannya ditanggalkan pada
istilah Indonesia.
Misalnya:
Alumni lulusan
Master of ceremonies pengatur acara
Charge d’affaires kuasa usaha
b.
Penerjemahan dengan
Perekaan
Adakalanya
upaya pemadanan istilah asing perlu dilakukan dengan menciptakan istilah baru.
Istilah factoring, misalnya, sulit
diterjemahkan atau diserap secara utuh. Dalam kosakata bahasa Indonesia atau
Melayu terdapat bentuk anjak dan piutang yang menggambarkan pengalihan
hak menagih hutang. Lalu, direka istilah anjak
piutang sebagai padanan istilah factoring.
Begitu pula pemadanan catering menjadi
jasa boga dan investation menjadi rekacipta
diperoleh melalui penerjemahan dengan perekaan.
2) Penyerapan
a.
Penyerapan Istilah
Penyerapan
istilah asing untuk menjadi istilah Indonesia dilakukan berdasarkan hal-hal
berikut.
a)
Istilah asing yang akan
diserap meningkatkan ketersalinan bahasa asing dan bahasa Indonesia secara
timbal balik (intertranslatability)
mengingat keperluan masa depan.
b)
Istilah asing yang akan
diserap mempermudah pemahaman teks asing oleh pembaca Indonesia karena dikenal
lebih dahulu.
c)
Istilah asing yang akan
diserap lebih ringkas jika dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya.
d)
Istilah asing yang akan
diserap mempermudah kesepakatan antarpakar jika padanan terjemahannya terlalu
banyak sinonim.
e)
Istilah asing yang akan
diserap lebih cocok dan tepat karena tidak mengandung konotasi buruk.
Proses
penyerapan istilah asing, dengan mengutamakan bentuk visualnya, dilakukan
dengan cara sebagai berikut.
a)
Penyerapan dengan
penyesuaian ejaan dan lafal
Misalnya:
Camera....... kamera
Microphone....... mikrofon
System sistem
b)
Penyerapan dengan
penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian lafal
Misalnya:
Design desain
File fail
Science sains
c)
Penyerapan tanpa
penyesuaian ejaan, tetapi dengan penyesuaian lafal
Misalnya:
Bias bias
Nasal nasal
Radar
(radio detecting and ranging) radar
d)
Penyerapan tanpa
penyesuaian ejaan dan lafal
(a) Penyerapan
istilah asing tanpa penyesuaian ejaan dan lafal dilakukan jika ejaan dan lafal
istilah asing itu tidak berubah dalam banyak bahasa modern, istilah itu dicetak
dengan huruf miring.
Misalnya:
Allegro moderato divide et impera
Aufklarung dulce et utile
Status quo in vitro
Esprit de corps vis-a-vis
(b) Penyerapan
istilah tanpa penyesuaian ejaan dan lafal dilakukan jika istilah itu juga
dipakai secara luas dalam kosakata umum, istilah itu tidak ditulis dengan huruf
miring (dicetak dengan huruf tegak).
Misalnya:
Golf
golf
Internet internet
Lift lift
Orbit orbit
b.
Penyerapan Afiks dan
Bentuk Terikat Istilah Asing
a)
Penyesuaian Ejaan
Prefiks dan Bentuk Terikat
Prefiks asing yang
bersumber pada bahasa Indo-Eropa dapat dipertimbangkan pemakaiannya di dalam
peristilahan Indonesia setelah disesuaikan ejaannya. Prefiks asing itu, antara
lain:
a-, ab-, abs- (‘dari’,
‘menyimpang dari’, ‘menjauhkan dari’) tetap a-, ab-, abs-
amoral amoral
abnormal abnormal
abstract abstrak
a-, an- (‘tidak, bukan,
tanpa’) tetap a-, an-
anemia anemia
aphasia afasia
aneurysm aneurisme
ad-, ac- (‘ke’,
‘berdekatan dengan’, ‘melekat pada’) menjadi ad-, ak-
adhesion adhesi
acculturation akulturasi
am-, amb-
(‘sekeliling’, ‘keduanya’) tetap am-, amb-
ambivalence ambivalensi
amputation amputasi
ana-, an- (‘ke atas’,
‘ke belakang’, ‘terbalik’) tetap ana-, an-
anabolism anabolisme
anatropous anatrop
ante- (‘sebelum’,
‘depan’) tetap ante-
antediluvian antediluvian
anterior anterior
anti-, ant- (‘bertentangan dengan’) tetap anti-,
ant-
anticatalyst antikatalis
anticlinal antiklinal
antacid antacid
apo- (‘lepas, terpisah’, ‘berhubungan dengan’) tetap apo-
apochromatic apokromatik
apomorphine apomorfin
aut-,
auto- (‘sendiri’, ’bertindak sendiri’)
tetap aut-,
auto-
autarky autarki
autostrada autostrada
bi- (‘pada
kedua sisi’, ‘dua’) tetap bi-
biconvex bikonveks
bisexual biseksual
cata- (‘bawah’, ‘sesuai dengan’) menjadi kata-
cataclysm kataklisme
catalyst katalis
co-, com-, con- (‘dengan’, ‘bersama-sama’, ‘berhubungan dengan’) menjadi ko-,
kom-,
kon-
coordination koordinasi
commission komisi
concentrate konsentrat
contra- (‘menentang’, ‘berlawanan’) menjadi kontra-
contradiction kontradiksi
contraindication kontraindikasi
de- (‘memindahkan’, ‘mengurangi’) tetap de-
dehydration
dehidrasi
devaluation
devaluasi
di- (‘dua
kali’, ‘mengandung dua…’) tetap di-
dichloride diklorida
dichromatic dikromatik
dia- (‘melalui’, ‘melintas’) tetap dia-
diagonal diagonal
diapositive diapositif
dis-
( ‘ketiadaan’,
‘tidak’) tetap dis-
disequilibrium disekuilibrium
disharmony disharmoni
eco- (‘lingkungan’) menjadi eko-
ecology ekologi
ecospecies ekospesies
em-, en- (‘dalam’, ‘di dalam’) tetap em-, en-
empathy empati
encenphaliti sensenfalitis
endo- (‘di dalam’) tetap endo-
endoskeleton endoskeleton
endothermal endotermal
epi- (‘di atas’, ‘sesudah’) tetap epi-
epigone epigon
epiphyte epifit
ex- (‘sebelah luar’) menjadi eks-
exclave eksklave
exclusive eksklusif
exo-, ex- (‘sebelah luar’,
‘mengeluarkan’) menjadi ekso-, eks-
exoergic eksoergik
exogamy eksogami
extra- (‘di
luar’) menjadi ekstra-
extradition ekstradisi
extraterrestrial ekstraterestrial
hemi- (‘separuh’, ‘setengah’) tetap hemi-
hemihedral hemihedral
hemisphere hemisfer
hemo- (‘darah’) tetap hemo-
hemoglobin hemoglobin
hemolysis hemolisis
hepta- (‘tujuh’,
‘mengandung tujuh…’)
tetap hepta-
heptameter heptameter
heptarchy heptarki
hetero- (‘lain’, ‘berada’)
tetap hetero-
heterodox heterodoks
heterophyllous heterofil
hexa- (‘enam’, ‘mengandung enam…’) menjadi heksa-
hexachloride heksaklorida
hexagon heksagon
hyper- (‘di atas’, ‘lewat’, ‘super’) menjadi hiper-
hyperemia hiperemia
hypersensitive hipersensitif
hypo- (‘bawah’,
‘di bawah’) menjadi hipo-
hipoblast hipoblas
hypochondria hipokondria
im-, in-,
il- (‘tidak’, ‘di dalam’, ‘ke dalam’) tetap im-, in-, il-
immigration imigrasi
induction induksI
illegal ilegal
infra- (‘bawah’,
‘di bawah’, ‘di dalam’) tetap infra-
infrasonic infrasonik
infraspecific infraspesifik
inter- (‘antara’, ‘saling’) tetap inter-
interference interferensi
international internasional
intra- (‘di dalam’, ‘di antara’) tetap intra-
intradermal intradermal
intracell intrasel
intro-
(‘dalam’, ‘ke dalam’) tetap intro-
introjections introjeksi
introvert introvert
iso-
(‘sama’) tetap iso-
isoagglutinin isoaglutinin
isoenzyme isoenzim
meta- (‘sesudah’,
‘berubah’, ‘perubahan’) tetap meta-
metamorphosis metamorfosis
metanephros metanefros
mono- (‘tunggal’, ‘mengandung satu’) tetap mono-
monodrama monodrama
monoxide monoksida
pan-, pant/panti- (‘semua’, ‘keseluruhan’)
tetap pan-, pant/panto-
panacea panasea
pantisocracy pantisokrasi
pantograph pantograf
para- (‘di samping’, ‘erat berhubungan dengan’, ‘hampir’) tetap para-
paraldehyde paraldehida
parathyroid paratiroid
penta- (‘lima’, ‘mengandung lima’) tetap penta-
pentahedron pentahedron
pentane pentane
peri- (‘sekeliling’, ‘dekat’, ‘melingkupi’) tetap peri-
perihelion perihelion
perineurium perineurium
poly- (‘banyak’, ‘berkelebihan’) menjadi poli-
polyglotism poliglotisme
polyphagia polifagia
pre- (‘sebelum’, ‘sebelumnya’, ‘di muka’) tetap pre-
preabdomen preabdomen
premature premature
pro- (‘sebelum’, ‘di depan’) tetap pro-
prothalamion protalamion
prothorax protoraks
proto-
(‘pertama’, ‘mula-mula’) tetap proto-
protolithic protolitik
prototype prototipe
pseudo-, pseudo-
(‘palsu’) tetap pseudo-,
pseudo-
pseudomorph pseudomorf
pseudepigraphy pseudepigrafi
quasi- (‘seolah-olah’,
‘kira-kira’) menjadi kuasi-
quasi-historical kuasihistoris
quasi-legislative kuasi-legislatif
re- (‘lagi’, ‘kembali’) tetap re-
reflection refleksi
rehabilitation rehabilitasi
retro-
(‘ke belakang’, ‘terletak di belakang’)
tetap retro-
retroflex retrofleks
retroperitoneal retroperitoneal
semi-
(‘separuhnya’, ‘sedikit banyak’, ‘sebagian’) tetap semi-
semifinal semifinal
semipermanent semipermanen
sub- (‘bawah’, ‘di
bawah’, ‘agak’, ‘hampir’) tetap sub-
subfossil subfosil
submucosa submukosa
super-, sur-
(‘lebih dari’, ‘berada
di atas’) tetap super-, sur-
superlunar superlunar
supersonic supersonik
surrealism surealisme
supra-
(‘unggul’, ‘melebihi’) tetap supra-
supramolecular supramolekular
suprasegmental suprasegmental
syn- (‘dengan’, ‘bersama-sama’, ‘pada
waktu’)
menjadi sin-
syndesmosis sindesmosis
synesthesia sinestesia
tele- (‘jauh’,
‘melewati’, ‘jarak’)
tetap tele-
telepathy telepati
telescope teleskop
trans- (‘ke/di seberang’,
‘lewat’, ‘mengalihkan’) tetap trans-
transcontinental transkontinental
transliteration transliterasi
tri- (‘tiga’) tetap tri-
trichromat trikromat
tricuspid tricuspid
ultra- (‘melebihi’, ‘super’)
tetap ultra-
ultramodern ultramodern
ultraviolet ultraviolet
uni- (‘satu’, ‘tunggal’) tetap uni-
unicellular uniseluler
unilateral unilateral
3.
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa macam-macam proses
pembentukan istilah dalam Pedoman Umum
Pembentukan Istilah terdapat tujuh bagian, antara lain konsep ilmu
pengetahuan dan peristilahannya, bahan baku istilah Indonesia, pemantapan
istilah nusantara, pemadanan istilah, perekaciptaan istilah, pembakuan dan
kodifikasi istilah, dan bagan prosedur pembakuan istilah.
Proses-proses
pembentukan istilah yang dibahas dalam makalah ini meliputi konsep ilmu
pengetahuan dan peristilahannya, bahan baku istilah Indonesia, pemantapan
istilah nusantara, dan pemadanan istilah. Pemadanan istilah diklasifikasikan
menjadi dua bagian lagi yang meliputi penerjemahan dan penyerapan. Dalam
penerjemahan dikelompokkan menjadi dua macam yaitu penerjemahan langsung dan
penerjemahan rekaan. Sedangkan dalam penyerapan dikelompokkan menjadi dua macam
antara lain penyerapan istilah dan penyerapan afiks dan bentuk terikat istilah
asing. Penyerapan afiks dan bentuk terikat istilah asing memiliki beberapa
bagian salah satunya ialah penyesuaian ejaan prefiks dan bentuk terikat.
3.2
Saran
Beberapa
saran terkait materi serta dalam pembuatan makalah ini, yaitu, pertama,
pemaparan kaidah istilah terutama dalam proses pembentukan istilah diharapkan
mampu menambah atau memahami kaidah-kaidah istilah bahasa Indonesia dan
mengetahui proses-proses yang terjadi dalam pembentukan istilah. Kedua,
pemaparan proses pembentukan istilah diharapkan mampu membantu pemahaman bagi
masyarakat yang telah mengalami perubahan, baik dalam bidang ilmu pengetahuan,
teknologi maupun budaya. Ketiga, diharapkan kajian yang dibahas dalam makalah
ini dapat dijadikan alternatif dalam pemahaman kaidah istilah khususnya pada
proses pembentukan istilah.
Daftar Rujukan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
2007. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Saputra,
Lukman Surya.2007. Pendidikan
Kewarganegaraan. Bandung: PT Surya Purna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar