Kalau dilihat dari jumlah bunyi yanag diujarkan,
bahasa Inggris raya-ratanya 25-30 segmen bunyi (fonem) tiap detik. Karena bunyi
dalam bahsa manapun sifatnya sama, maka dapat diduga bahwa orang Indonesia pun
mengeluarkan jumlah bunyi yang sama tiap detiknya, yakni antara 25-30 bunyi.
Selain kecepatan, bunyi dalam satu ujaran juga tidak diucapkan secara utuh
tetapi sepertinya lebur dengan bunyi yang lain. Perlu diingat bahwa sumber dari
bunyi adalah paru-paru kita yang selalu berkembang dan mmengempis untuk
mengambil dan membuang udara. Udara yang dihembuskan oleh paru-paru keluar
melewati suatu daerah yang dinamakan daerah glotal. Udara ini kemudian lewat
lorong yang dinamakan faring. Faring
memilki dua jalan yaitu mulut dan rongga mulut. Pada mulut terdapat dua bagian,
yaitu bagian atas dan bagian bawah mulut. Bagian-bagian tersebut antara lain:
bibir, gigi, alveolar, palatal keras, palatal lunak, uvula, lidah, pita suara,
faring, rongga hdung, dan rongga mulut. Selain itu bunyi juga dapat dibagi
menjadi dua kelompok besar, yaitu konsonan dan vokal. pembuatan bunyi konsonan
memanfaatkan bagian mulut seperti lidah, bibir, dan gigi. Bagian tersebut
dinamakan articulator. Faktor tersebut antara lain titik artikulasi,
artikulasi, dan pita suara. Berbeda dengan konsonan, kriteria yang dipakai
untuk membentuk bunyi fokal adalah tinggi rendahya lidah, posis lidah,
ketegangan lidah, dan bentuk bibir.
Bunyi yang dikeluarkan oleh manusia ditransmisikan
ke telinga pendengar melalui gelombang udara. Pada saat suatu bunyi
dikeluarkan, udara tergetar olehnya dan membentuk semacam gelombang. Gelombang
yang membawa bunyi bergerak dari depan mulut pembicara kearah telinga pendengar.
Dengan mekanisme yang ada pada telinga, manusia menerima bunyi dengan melalui
syaraf-syaraf sensori bunyi yang kemudian ditangkapnya. Untuk memahami
bagaimana manusia mempersepsi bunyi, para ahli psikolingistik mengemukakan
empat model-model teoritis yang diharapkan dapat menjelaskan tentang persepsi
bunyi. Pertama adalah model teori motor untuk persepsi ujaran. Teori ini
menyatakan bahwa manusia mempersepsi bunyi dengan memakai acuan seperti pada
saat dia memproduksi bunyi itu. Namun demikian bunyi itu akan tetap merupakan
fonem yang sama meskipun wujud fonetiknya berbeda. Kedua adalah model analisis
dengan sintetis. Dalam model ini dinyatakan bahwa pendengar mempunyai sistem
produksi yang dapat mensitetiskan bunyi sesuai dengan mekanisme yang ada
padanya. Waktu dia mendengar suatu deretan bunyi, mula-mula menganalisis bunyi
dari segi fitur distingtif pada masing-masing bunyi tersebut. Ketiga fuzzy
logical model. Menurut model ini persepsi ujaran terdiri menjadi tiga proses,
yaitu evaluasi fitur, integrasi fitur, dan kesimpulan. Model ini dinamakan fuzzy karena bunyi suku kata atau kata
yang kita dengar tidak mugkin sama 100% sama dengan prototype kita. Keempat
model chohort. Model untuk mengenal kata ini terdiri dari dua tahap. Pertama,
tahap dimana informasi mengenai fonetik dan akustik bunyi-bunyi pada kata yang
kita dengar memicu ingatan kita untuk memunculkan kata-kata lain yang mirip
dengan kata sebelumnya. Pada tahap kedua terjadilah proses elimantasi secara
bertahap.
Manusia memproses ujaran yang kita dengar yaitu
secara satu satu persatu. Akan tetapi, kenyataannya bunyi itu tidak diujarkan
secara terlepas dari bunyi yang lain. Bunyi selalu diujarkan secara berurutan
dengan bunyi yang lain sehingga bunyi-bunyi itu membentuk semacam deretan bunyi.
Karena itulah maka betapapun berbedanya lafal bunyi, pendengar akan tetap
memandangnya sama bila perbedaan itu merupakan akibat adanya bunyi lain yang
mempengaruhinya. Dengan kata lain,alofon-alofon suatu bunyi akan tetap dianggap
sebagai satu fonem yang sama. Persepsi terhadap suatu bunyi bisa pula
dipengaruhi oleh kecepatan ujaran. Suatu bunyi yang diucapkan dengan
bunyi-bunyi lain secara cepat akan sedikit banyak mengubah lafal. Akan tetapi,
sebagai pendengar kita teteap saja dapat memilah dan akhirnya menentukannya.
Faktor lain yang membantu dalam mempersepsi suatu ujaran adalah pengetahuan
kita tentang sintaksis maupun semantic bahasa. Suatu bunyi yang tidak terucap
dengan jelas dapat diterka dari wujud kalimat dimana bunyi itu terdapat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar